Oleh : Sutianingsih

  1. Awal Kenal SPMAA

Sebelum kenal SPMAA atau Wong Lamongan (nama yang biasa disebut orang-orang terhadap SPMAA), saat itu saya masih duduk di bangku SMP dan sudah menjalankan sholat, tapi hanya sebatas sholah tidak tau arti dan makna sholat yang sebenarnya. Pada suatu malam saat setelah selesai sholat malam, saya bermimpi “ diajak seorang laki-laki setengah baya, berpakaian sorban putih, berjenggot putih diajak naik perahu kearah timur-utara, airnya sangat jernih dan mengalir dengan tenang, di mimpi itu saya berpakaian hijau”.

Setelah beberapa bulan bermimpi, saya diberi tahu tentang ajaran wong lamongan dari kakak ipar saya ( Pak Rasimin ) tentang tutup aurat, muhrim, tata cara dan bacaan dalam sholat yang benar. Setelah tahu ajaran Tutup Aurat saat masuk disekolah didalam kelas dan diluar kelas selalu memakai topi, rambut dimasukkan ke dalam topi supaya tidak kelihatan, sebab saat itu dilarang memakai jilbab. Saat sedang berada diluar sekolah selalu memakai jilbab. Untuk pemahaman Muhrim saat disekolah waktu akan pulang teman-teman terbiasa berdesak-desakan antara laki-laki dan perempuan, untuk menghindari hal itu saya pulang terakhir sendiri setelah teman-teman keluar kelas.

Suatu hari saya mempunyai keinginan untuk mondok ke lamongan, karena saya masih sekolah SMP sama kakak saya (Bu Suliyem dan Pak Rasimin) disuruh untuk menyelesaikan sekolahnya, akhirnya saya sekolah SMP sampai selesai. Setelah lulus dari SMP saya pamit orang tua untuk pergi mondok ke lamongan, tapi tidak diperbolehkan.

Saat itu orang tua adalah orang yang terpandang (sugeh, dukun, banyak cekelan, dll) didesa, tapi saya tetap ingin mondok ke lamongan. Akhirnya diberi solusi kakak (Pak Rasimin) untuk pamit orang tua kursus menjahit, Alhamdulillah diperbolehkan saya tidak menjahit tapi pergi mondok ke lamongan.

Alhamdulillah sampai ke lamongan. Dilamongan saya bertemu BG, saya terkejut dan heran ternyata yang ada dalam mimpi adalah BG. Mendengar ajaran-ajaran dan perilaku BG setiap hari jadi krasan dilamongan dan semakin membuat yakin inilah ilmu yang selama ini saya cari.

  • Mengajak Orang Tua Masuk SPMAA

Karena awalnya saya bilang ke orang tua pamit menjahit, setelah 2 bulan dilamongan saya pulang untuk menyerahkan hasil jahitan (baju yang diberikan hasil dari beli), lama-lama orang tua tau kalau saya tidak pergi menjahit tapi dilamongan, karena sering bergaul dengan wong lamongan. 1 bulan dirumah dijodohkan dengan laki-laki pilihan orang tua, hari dan tanggal juga sudah ditentukan, tapi saya tidak mau. Akhirnya minta ijin untuk mengambil baju di lamongan.

Dilamongan baru 2 hari dapat kabar simbah sakit keras (opnam dirumah sakit), saya dipanggil BG didawuhi untuk pulang karena simbah sakit, jawab saya ‘ kulo mboten wangsul BG, nyuwun dongane mawon simbah kulo supados ngertos ajaran SPMAA sa’derenge dipundut. Kulo juga matur ke BG ‘gesang lan pejah kulo nderek BG dunyo ngantos akherat’. Setelah itu BG berdoa dan menyuruh saya kembali ke asrama.

Saya menemui Alm. Bu Mahmudah dan bercerita tentang yang saya alami, kemudian dituliskan surat ditujukan pada laki-laki tersebut, inti surat ‘jika ingin meminang saya, dengan syarat mau mondok di SPMAA selama 3 tahun’. Alhamdulillah berkat doa BG dan Alm. Bu Mahmudah, laki-laki itu setelah baca surat menolak menikah dengan saya.

Punya keinginan kuat mengajak orangtua ikut ajaran SPMAA, dengan banyak berdoa, tirakat dan ide pura-pura sakit, lalu simbah menyuruh bapak untuk menjenguk, bapak tidak mau dan marah besar ‘kelangan endok siji yuwes’, simbah terus membujuk supaya bapak berangkat ke lamongan dan akhirnya bapak sampai dilamongan.

  • Hidup Berkeluarga.

       Selama dilamongan saya berusaha menjalankan semua ajaran yang disampaikan BG, yakni dengan banyak-banyak berwirid, tirakat (berpuasa), aktif sholat malam, sholat dhuha, ngaji, dll. Berkeinginan supaya simbah bisa ikut ke lamongan karena sejak kecil simbah tidak pernah mengenal sholat, tidak tau najis (tidak pernah pakai sandal).

      Pagi  habis sholat dhuha saya di panggil BG trus ditanya ’sampean tak nikahne nggeh?’ jawab saya ‘kulo tasek pengen pados ilmu dateng mriki pak guru’, sampai 3 kali di panggil BG akhirnya saya siap menikah. Alasannya simbah menginginkan saya segera menikah untuk segera membagi harta warisan. Karena ibuk adalah anak tunggal akan di bagikan kedua cucunya.

       Tujuan saya mau menikah supaya sebagian harta warisannya simbah buat bekal di akhirat sekalian bisa berkunjung di lamongan. Akhirnya semua keluarga datang bersama simbah. Saat simbah berjumpa BG berkata ‘onok moloikat’, simbah di panggil BG di bimbing membaca dua kalimat syahadat.

       Keluarga sowan BG, saya di panggil lalu BG bilang ‘tik…. Sampean tak nikahno kalih pak maskur.’ Seketika saya terkejut, saya teringat ucapan kepada BG  gesang lan pejah kulo nderek BG. Jawaban saya akan perintah  menikah ‘munggo e BG sae dalem nderek, siap pak guru’. Terjadilah pernikahan di ndalem.(3 september 1992), dua minggu kemudian pernikahan di laksanakan di ngawi (17 september 1992).

       Dalam berkeluarga di karuniai 4 anak :

  • Ghorqotin Nur Nabellah
  • Musfiqun Akbar
  • Wahuwa Yakhsyaa
  • Paku Alam Habibullah
  • Masa Pengabdian di SPMAA

a. Bertugas Di Banyuwangi

            Pada tahun 1994 tugas di kalipuro Kab. Banyuwangi susahnya di Banyuwangi belum ada jamaah yang ikut setiap sholat hanya berdua. Senangnya bisa sedikit bahasa Madura, bisa merubah seseorang yang awalnya pelit jadi suka memberi, dulunya sering bertengkar dengan tetangga akhirnya berdamai. Selama di Banyuwangi banyak pelajaran yang saya ambil saat  tidak punya apa-apa Alhamdulillah sudah dicukupi Allah dengan berbagai perantara.

            Suatu hari saya di uji Allah anak (Bellah) sakit keras di bawa ke rumah sakit di suruh Opname, karena kondisi belum punya uang saya biarkan di rumah saja dan pada saat itu hanya mempunyai uang 200.00-, (Dua Ratus Rupiah) dari hasil penjualan telur ayam.

Semua saya pasrahkan pada Alla dengan berdoa  ‘jika Allah mengambil anak saya monggo tapi anak saya saget nderek BG’. Pagi harinya Allah memberi jalan lewat tetangga di suruh memijatkan dan minum degan ijo  dikasih garam alhamdhulillah sembuh.

b. Bertugas Di Ponorogo

            Pada tahun 1996 pindah tugas ke  Mlarak Ponorogo, Alhamdulillah selama kami bertugas di Ponorogo ada penawaran Jamu Akar Peri Bumi. Saya bersama suami berbincang usaha kita ini untuk usaha bersama. Suami dengan semangat setiap pertemuan dengan kelompok tani sambil membawa jamu dan menyampaikan ajaran SPMAA.

       Saat suami banting tulang bekerja, dalam benak saya berfikir ‘apa yang didapat suami tidak hanya untuk kebutuhan Dunia saja, tapi bagaimana supaya bisa untuk Akhirat’. Alhamdhulillah saat bekerja selama 4 bulan dapat gaji dari hasil penjualan jamu. Gaji pertama di serahkan kepada saya di amplop putih ‘ini buk hasil jamu’.

Lalu  menyerahkan gaji pertama kepada BG karena  kasihan melihat suami yang bekerja eman kalau hanya untuk kebutuhan dunia saja,  tapi juga harus memikirkan untuk akhiratnya. Setelah menyerahkan gaji pertama saya menyampaikan dateng BG tentang semua usaha jamu tadi di lanjut atau tidak?, akhirnya beliau BG menyuruh melanjutkan jualan jamu.

       Berkat barokah dan doa BG, alhamdulillah usaha dilancarkan, dan orang-orang di sekitar kami juga merasakan sedikit dari hasil kerja untuk berbagi dengan tetangga baik itu berupa makanan, jajanan, dll.

c. Bertugas Di Ngawi sampai Sekarang

            Pada tahun 1997 pindah tugas di wilayah Ngawi padahal saya tidak menginginkan hidup di ngawi, tapi karena itu tugas jadi harus siap. Di Ngawi saya di terima dengan baik oleh  masyarakat sebab sering silahturahim ke tetangga dan berbagi sedikit makanan, banyak pertanyaan dari masyarakat di antaranya ‘ opo wong  lamongan iku gk oleh jagong, srawong karo wong ngeneki bel…?’ jawab saya ‘angsal srawong kaleh tonggo’ saya juga menerangkan tentang sodakoh, bancaan. Dan pada akhirnya setiap tetangga bancaan tidak pernah mengundang  juga tidak memberi saya makanannya.

            Beberapa tahun kemudian ada pemilihan BPD suami di calonkan ketua BPD jadilah ketua BPD (Tahun 2003) masuk pemerintahan desa hingga pada akhirnya terkenal ajaran lamongan dengan nama SPMAA.

Tahun 1999 mendirikan TK pertama yang diberi nama ‘’TK Pancasila’’  di Dsn. Ngerebeng. Ds. Pandean, Kec.karanganyar  dengan tujuan untuk membantu masyarakat desa tentang pentingnya pendidikan. Alasan semua lembaga di beri nama TK pancasila ‘’tidak membedakan sesame manusia di dalam kata pancasila berbeda beda tetapi tetap satu jiwa.’’

Selanjutnya tahun 2003 mendirikan kelompok bermain {KB} di dusun dan desa yang sama. Mengembangkan lembaga Pendidikan di luar kecamatan, di antaranya :

  1. Tahun 2006 mendirikan Kelompok Bermain {KB}’’KB Pancasila’’ di Ds. Mbrubuh, Kec. Jogorogo.
  2. Tahun 2010 mendirikan Kelompok Bermain {KB}’’Pancasila’’ di Ds. Cepet Pentok, Kec. Kendal.
  3. Tahun 2019 mendirikan ’’Tk Pancasila Muchtary 2’’ Dsn. Suren, kec. Karanganyar.

Alhamdulillah Allah masih sayang saya dengan diberi ujian suami sakit selama 8 tahun. 4 tahun masih bisa berjalan walaupun kaki terasa berat kemana  mana harus saya gonceng untuk tetap beraktivitas dan 4 tahun lagi ujian datang suami tidak bisa berjalan setiap hari saya banting tulang untuk mencari maisyah dengan cara jualan, buka laundry, menerima pesanan sragam sekolah. Sehabis sekolah walaupun masih mengenakan sragam sekolah dengan membawa bronjong tidak malu karena setelah rapat sekolah langsung kulaan. Walaupun saya sering keluar rumah namun saya tetap minta izin kepada suami.

Setiap hari saya tirakat untuk kesembuhan suami  dengan hati yang ikhlas diberi ujian sakit. Walaupun suami sakit tetap tersenyum di hadapan teman-teman, walau sebenanya dalam hati menangis dan berusaha setiap malam berdoa serta merenung kepada Allah supaya di maafkan semua dosa-dosa saya sekeluarga serta di beri kekuatan untuk menerima ujian, alhamdhulillah Allah selalu mencukupi kebutuhanku.

Karena mendapat ujian suami sakit, saya berusaha merawat suami dengan hati yang ikhlas dan sabar mengharap kesembuahan suami. Allah berkehendak  lain suami di panggil pada (09 Desember 2021) untuk menghadap Allah SWT. Alhamdulillah Saya hidup bersama suami selama 29 tahun dan sangat berkesan dengan suami dengan saling mengingatkan, saling memahami satu dengan yang lain dan selalu memikirkan kebutuhan orang lain dari pada dirinya sendiri.

Itulah keistimewaan pacaran setelah menikah. Pertama tidak ada rasa cinta lama-lama mencintai (jauh di mata dekat di hati) cintanya, dan kemesraannya.

‘’janji dalam hatiku cinta pertama dan terakhir hanya untuk suami ku

Cinta sehidup sekembali ’’.

BISMILLAH>>>>>>

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *