Oleh: Dewi Umyanah

Menikah itu suatu yang perlu di pertimbangkan dengan matang baik prosesnya maupun pelaksanaanya  Bebet, Bibit, Bobotnya juga perlu di perhatikan. Saya berada di dalam lembaga  SPMAA memiliki budaya nikah misi yaitu kami yang sudah mencapai usia dewasa akan di seleksi untuk mengikuti pernikahan melalui jalur ketaatan dengan misi penugasan selanjutnya. Kali ini saya akan menceritakan kisah inspiratif saya untuk para adek junior terutama para Taruna/Taruni SPMAA yang sedang dan akan menjalankan komando penugasan Agama di Bahtera keselamatan SPMAA.

Saya menjalani pernikahan misi dengan salah seorang senior saya yang bertaut usia 10 tahun lebih tua dari saya, beliau staff di sekolah yang sudah lama mengabdi. Awalnya saya hanya bisa diam saat di tawari nikah karena usia saya yang masih belom matang untuk menjalaninya, saat itu saya berusia 19 tahun, setahun setelah tamat sekolah di MA. Ruhul Amin, kedua saya kok di nikahkan dengan senior saya yang jauh lebih tua dan tidak sesuai kriteria laki-laki pilihan saya, setelah saya fikirkan bahwa apapun keputusannya siap atau tidak saya hanya bisa pasrah dan yakin pilihan Pengurus adalah yang terbaik.

Saat itu saya masih mengabdi di Ndalem B. Azizah, saya melihat ada surat di atas meja tertulis nama kakak saya dari jambi, saya penasaran ini surat apa kok berasal dari alamat rumah saya. Sepertinya beliau sengaja menaruhnya di atas meja agar terlihat oleh saya, kemudian saya di beritahu: “Um… itulho ada surat dari kakakmu”.  Saya heran dan bertanya surat nopo nggeh mbak? Beliau menjawab dan memberitahu saya langsung bahwa ini adalah surat keterangan pindah nikah, bahwa kamu jadi di nikahkan dengan mas Suwarno. Saya kaget dan otomatis menangis seketika itu terisak-isak dalam hati namun akhirnya tak tertahankan membendung air mata yang sudah mulai tumpah bercucuran

Dalam hati saya seolah tak bisa menerima takdir ini namun demi ketaatan dan misi maka saya harus bisa menerima dan mulai berusaha yakin pasti bisa menjalaninya, karena saat itu saya masih ingin hidup bebas dan masih banyak harapan-harapan untuk berprestasi di usia lajangku, sesuai planning merriedku yang masih 5 tahun lagi.

Secara fisik saya punya kriteria laki-laki yang saya inginkan yaitu laki-laki yang punya besic santri ngajinya bagus, bisa Adzan, bisa khutbah, punya paras dan suara yang indah dan menyedapkan mata, pandai secara intelektual dll. Namun kini saya mendapat jodoh yang tidak sesaui dengan kriteria yang menjadi pandangan saya. Jadi lumayan nyesek di hati, selain itu usia juga bertaut jauh yang membuat saya kurang akrab dalam menjalin taarufan di awalan.

Kami menjalin hubungan dengan di mulai belajar saling memahami dan membuka hati untuk bisa saling menerima satu sama lain, saya yang punya latar belakang santri alim yang bisa di katakan cupu tidak punya pengalaman hidup bebas di luar, sementara senior sebagai staff sekolah yang sudah handal dan sering keluar berinteraksi di dunia pendidikan mewakili Beliau G. Glory sebagai kepala sekolah MA. Ruhul Amin tahun 2007/2008, juga sudah lulus kuliyah dengan pergaulan di luar selain itu senior saya ini juga sudah punya perempuan pilihannya yang sempat menjalin hubungan serius akan naik ke jenjang pernikahan. Namun Syukur Alhamdulillah masih bisa di kendalikan untuk menjalani ketaatan dan pasrah dalam pernikahan misi ini.

Dengan arahan dan berbagai pesan Gus-Gus bahwa dalam keluarga itu menyatukan dua hati yang memang berbeda sama sekali. Jadi kalau ada benturan atau ketidak cocokan itu sangat mungkin karna keluarga sakinah mawaddah warahmah adalah yang bisa menyatukan dua hati dengan kasih dan sayang dalam menjalankan misi ketuhanan, saling mendukung dan saling menguatkan dalam penugasan Agama.

Dalam menjalin hubungan suami istri kami sudah pasti pernah saling marah tidak cocok dan juga pernah bentrok, saling diam tidak sapa-sapaan. Saya sebagai istri hanya bisa menahan hati agar tidak berontak  supaya bisa di kendalikan dan sadar betul kalau ada syetan yang menghasut di antara kami, sebagai istri saya lebih pilih untuk mengalah diam dan menangis bercucuran air mata yang tak tertahankan. Kalau senior selalu pergi keluar meninggalkan saya dalam mengontrol emosinya. Namun hal itu hanya berlaku maksimal 2-3 hari karna saya sebagai istri juga sudah faham ajaran Allah-Rasul bahwa jika istri tidak menghormat/tidak melayani suaminya lebih dari 1 hari saja Malaikat akan murka, dari situ saya sebagai istri selalu mengalah dan berusaha memulai mencairkan suasana agar bisa baikan lagi dengan berbagai cara yang bisa saya lakukan. Syukur Alhamdulillah seringkali suasana bisa fresh kembali setelah itu.

Berangkat dari berbagai fenomena kejadian, pengalaman, hari demi hari, bulan demi bulan, dan dari tahun ketahun akhirnya saya sadar bahwa laki-laki yang saya idamkan itu belom tentu sesuai dengan kebutuhan kehidupan saya, hal ini yang membuat saya bisa menerima Senior dengan sepenuh hati, saya juga sangat bersyukur sekali mendapatkan Senior saya ini, karena dia lebih dewasa dan bisa mengarahkan saya, memahami saya, pengertian dan bertanggung jawab penuh atas anak dan istrinya juga mampu menjalani hidup berkeluarga dan bertetangga yang baik. Yang tidak kalah penting adalah Senior termasuk TPU pilihan yang bisa taat dan pasrah pada pimpinan, sehingga hidup kami bisa saling mendukung dan saling menyemangati dalam menjalani Penugasan misi.

Sementara zaman sekarang banyak sekali suami/istri yang saling bentrok tidak cocok dengan kriteria suami/istrinya lalu di akhiri dengan talaq perpisahan. Maka dari itu saya sangat bersyukur dan Banyak berterimakasih kepada BG. Muchtar guru hidup panutan saya, Ibu Guru Masyrifah dan Ibu Guru Nuryati yang selalu menasehati keluarga kami, KOTAMA ( Komandan Utama) yang sudah bersedia menjadi Mentor keluarga kami, seluruh keluarga ndalem yang selalu memberi contoh uswatun hasanah kami. Terimakasih sudah memilihkan jodoh yang tepat dan terbaik untuk kami.

Sekian literasi dari saya sedikit baper buat para jomblo yang sedang mencari jodoh, namun semoga menjadikan inspirasi para pembaca, bahwa apa yang kita inginkan belum tentu baik bagi kita dan sebaliknya apa yang tidak kita ingikan belum tentu buruk bagi kita. Jangan hanya mengikuti kehendak hati tapi yakinlah apa yang telah menjadi pilihan MENTOR adalah yang terbaik buat kita taati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *