CNN. Meski menimbulkan banyak kerusakan, gempa bumi dengan Magnitudo 5,6 yang melanda wilayah barat daya Cianjur, Jawa Barat, dinilai tidak terkait potensi gempa megathrust di Selatan Jawa.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (21/11) pukul 19.34 WIB, gempa tersebut mengakibatkan 62 orang meninggal dunia.
Selain itu, 2.272 rumah di Cianjur rusak, 1 unit pondok pesantren rusak berat, 1 RSUD Cianjur rusak ringan, 4 unit gedung pemerintah rusak, 3 unit sarana pendidikan rusak, 1 unit sarana ibadah rusak.
“Karena gempa ini dangkal, berpotensi merusak infrastruktur, rumah, atau pemukiman, di sekitar epicenter,” kata Widjo Kongko, pakar rekayasa pesisir dan tsunami dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dikutip dari Antara, Senin (21/11).
Sebelumnya, gempa dengan M 5,6, dan 122 gempa susulannya, dilaporkan memicu banyak kerusakan.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (21/11) pukul 19.34 WIB, gempa tersebut mengakibatkan 62 orang meninggal dunia.
Selain itu, 2.272 rumah di Cianjur rusak, 1 unit pondok pesantren rusak berat, 1 RSUD Cianjur rusak ringan, 4 unit gedung pemerintah rusak, 3 unit sarana pendidikan rusak, 1 unit sarana ibadah rusak.
Sementara itu, wilayah Jawa Barat di bagian Selatan dan barat daya Sumatra diketahui menyimpan potensi gempa bumi Megathrust hingga Magnitudo 9,1 dan tsunami puluhan meter.
Menjawab dugaan itu, Widjo membantahnya.
“Gempa yang baru saja terjadi tidak terkait langsung dengan potensi gempa megathrust,” ujar dia.
Meski demikian, Widjo Kongko meminta warga harus waspada terhadap ancaman tsunami akibat megathrust selatan Jawa dengan meningkatkan keseriusan upaya mitigasinya.
Diketahui, gempa M 5,6 di Cianjur merupakan gempa tektonik yang dipicu oleh gerak sesar Cimandiri.
“Jadi gempa yang terjadi ini gempa tektonik yang pusat gempanya posisinya dan kedalaman gempa serta kekuatanya berada pada patahan Cimandiri,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/11).
Lalu kenapa dampaknya parah?
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan morfologi wilayah pusat gempa Cianjur tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede.
Wilayah tersebut secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut juga telah mengalami pelapukan.
“Endapan Kuarter yang menyusun wilayah ini pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi,” demikian dikutip dari situs ESDM.
Selain itu, morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan juga berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.