CNN. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi meluncurkan sekali awan panas guguran dan 101 guguran lava pada periode 27 Mei hingga 2 Juni.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan awan panas guguran tercatat mengarah ke barat daya (hulu Sungai Bebeng) dengan estimasi jarak luncur 1.500 meter.
“Guguran lava teramati sebanyak 101 kali ke barat daya dominan ke Sungai Bebeng jarak luncur maksimal 1.800 m,” kata Agus dalam keterangannya, Jumat (3/6).
BPPTKG juga melaporkan pada pekan tersebut, terjadi sekali gempa awan panas guguran (APG), sekali gempa vulkanik dalam (VTA), 33 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 91 kali gempa fase banyak (MP) dan 14 kali gempa tektonik (TT).
“Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi,” kata Agung.
Sementara deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,4 cm/hari.
BPPTKG juga mencatat pada periode yang sama, terjadi hujan di Pos Pengamatan Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 53 mm/jam selama 125 menit, di Pos Kaliurang, yakni pada 31 Mei 2022.
“Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi,” katanya.
Berdasarkan hasil pengamatan itu, BPPTKG menyimpulkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
“Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi,” kata Agus.