CNN. Sejumlah tokoh adat di Pulau Buru, Maluku menemui Kapolda Irjen Pol Refdi Andri. Saat bertemu Refdi, mereka mengeluhkan limbah bahan kimia berbahaya yang mencemari anak Sungai Anahoni di kawasan tambang emas Gunung Botak.
“Mereka prihatin terhadap pencemaran lingkungan yang sudah terjadi, khususnya di sungai Anahoni, dari bahan kimia,” kata Refdi melalui pernyataan resmi, Jumat (26/11).
Refdi menyebut masih terdapat sejumlah oknum masyarakat yang secara diam-diam melakukan aktivitas pengolahan emas secara ilegal. Mereka menggunakan bahan kimia yang bisa merusak lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat.
“Walaupun kita tau bersama masih ada juga oknum yang main kucing-kucingan untuk mencari keuntungan pribadi dengan menambang emas menggunakan bahan sianida dan merkuri,” tutur Refdi.
Redi berjanji akan mengirim pasukan untuk ditempatkan di Gunung Botak. Jika ditemukan warga yang melakukan aktivitas penambangan emas secara ilegal, Refdi mennyebut bakal langsung ditindak.
“Kita akan gerakan Polres Pulau Buru untuk menindak mereka yang melakukan aktivitas tambang di kawasan Gunung Botak dan mencemari anak sungai Anahoni,” kata Refdi.
Refdi juga meminta sejumlah tokoh adat yang datang untuk bekerja sama dalam membenahi kawasan tambang emas di Gunung Botak dari pencemaran lingkungan.
“Persoalan Gunung Botak tetap menjadi tanggung jawab kita bersama, kami juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang sudah terjalin selama ini antara aparat keamanan dengan tokoh adat di Pulau Buru,” kata Refdi.
Mantan Kakorlantas Polri ini berharap dengan kandungan emas yang melimpah di Gunung Botak bisa memberikan manfaat bersama kepada masyarakat yang mendiami Pulau Buru.
“Kami harap Gunung Botak bisa dikelola dengan baik, jika salah dikelola akan berdampak buruk bagi anak cucu di kemudian hari,” ucap Refdi.
Kapolda menambahkan, para tokoh adat lantas menyatakan dukungan terhadap proses penataan dan regulasi yang dilakukan pemerintah terhadap aktivitas penambangan emas di kawasan Gunung Botak.