CNN Indonesia — Harga minyak dunia bergejolak pada perdagangan Jumat (24/9) waktu AS, namun ditutup menguat karena gangguan produksi global memaksa perusahaan energi menarik sejumlah minyak mentah dari persediaan.
Melansir Antara Senin (27/9), harga minyak mentah berjangka Brent naik 84 sen atau 1,1 persen menjadi US$78,09 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November menguat 68 sen atau 0,9 persen menjadi US$73,98 per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga tersebut menjadi penutupan tertinggi untuk acuan Brent sejak Oktober 2018 silam. Sedangkan WTI menjadi yang tertinggi sejak Juli 2021 lalu. Pencapaian tersebut menjadi kenaikan kelima berturut-turut untuk WTI dan minggu ketiga untuk Brent.
Kenaikan harga juga disumbang oleh gangguan produksi di Pantai Teluk AS akibat terjangan Badai Ida pada akhir Agustus lalu.
Berbagai penyuling minyak AS akhirnya berburu minyak ke Irak dan Kanada guna mengganti minyak mentah Teluk.
Kendati masih reli, namun kenaikan tertahan oleh penjualan pertama cadangan minyak mentah China.
Seorang sumber menyatakan PetroChina dan Hengli Petrochemical membeli empat kargo minyak cadangan dengan total sekitar 4,43 juta barel.
Di sisi lain, Analis mencatat gagal bayar Evergrande tetap menjadi risiko terhadap harga minyak usai unit mobil listrik perusahaan memperingatkan ketidakpastian masa depan kecuali bila mendapat suntikan uang tunai segera.