Oleh: Glory Islamic.

Liburan sebentar lagi. Rencana perjalanan disusun. Anggaran dirancang. Destinasi ditentukan. Hanya, sepertinya saat ini banyak yang akan disesuaikan. Ekonomi makro mikro lagi memble. Rasionalisasi budget. Rekreasi tipis tipis istilahnya. Arus mudikpun mungkin agak kendur tahun ini. Tiket sedang tidak bersahabat. Saku juga agak ketat.

Di sisi lain terjadi fenomena sebaliknya. Di kalangan the have. Horang kaya. Di kalangan mereka sedang booming rekreasi tak biasa. Tempat eksotis atau barang mewah sudah tidak kelasnya. Mereka ingin lebih. Wisata luar angkasa. Itu adrenalin mereka. Tak peduli berapa biaya. Sebab uang bukan masalah. Yang penting mimpi tercapai. Menikmati ruang hampa udara di wahana antariksa.

Dengan pesawat Soyuz milik Rusia, sudah 4 orang menikmati wahana antariksa. Ongkosnya bisa bikin kliyeng kliyeng. Per orang rata rata merogoh kocek 20 juta US dollar. Sekitar 280 milyar rupiah! Siapa saja mereka. Dennis Tito, pengusaha Amerika. Mark Shuttleworth, orang Afrika Selatan. Lalu Gregory Olsen dan Anousheh Ansari.

Bagi kita yang beriman, suguhan fenomena yang jauh lebih dahsyat sudah pernah dialami. Ribuan tahun lalu. Rekreasi ruhani telah dijalani seorang hamba terpilih. Isro wal mi’roj. Rekreasi ? Ya. Tahun itu Rasulullah ditinggal pergi beberapa orang terdekat. Khadijah istri beliau wafat. Menyusul kemudian paman beliau Abi Tholib. Pembela utama dari serangan kaum ingkar Mekkah. Tahun itu disebut ‘amul huzni. Tahun kesedihan.

Allah memberikan sedikit pelipur lara. Berupa wisata extraterrestrial. Lintas waktu, lintas dimensi dan lintas materi. Peristiwa yang mendobrak logika jaman. Beyond imagination. Mekkah-Jerussalem. Masjidil Harom di jazirah Arab ke Masjidil Aqso di Palestina. Lalu lanjut dari Masjidil Aqso ke Sidrotul Muntaha di “langit ke tujuh”. Tentu banyak yang tidak percaya. Mencibir. Mengolok olok. Wajar.

Itu 1400 tahun lalu. Kala tehnologi masih sangat sederhana. Pesawat belum dibuat. Andai terjadi sekarang, mungkin kita adalah satu di antara orang yang tak percaya. Sebab, bahkan dengan pesawat paling canggihpun, perjalanan itu masih belum mungkin. Lalu dengan apa kita mempercayainya. Tentu dengan iman. Bagaimana dengan akal ? Bisa juga.

Jarak antara Mekkah dan Jerussalem itu sekitar 1250 km. Mustahil ditempuh dalam semalam perjalanan jaman itu. Jika ditempuh dengan pesawat supersonic diperlukan waktu 15 menit. Padahal selain Isro’, waktu semalam itu juga untuk perjalanan Mi’roj. Dari Palestina ke Sidratul Muntaha di Langit ke Tujuh. Kita tidak tahu di mana itu. Andai itu berada di luar angkasa, semalam perjalanan makin tak mungkin.

Dalam ilmu fisika, kita mengenal kecepatan cahaya. Setara dengan 300.000 km per detik. Anggaplah Rasulullah melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya. Kita asumsikan dalam semalam mulai jam 24.00 sampai 04.00 pagi, sekitar 4 jam. Maka dengan kecepatan cahaya, dalam semalam akan menempuh jarak 4.320.000.000 km. 4,3 milyar kilometer!

Dari bumi kita ini, jarak itu baru sampai planet Neptunus. Di tata surya, dia planet terjauh dari matahari. Tetapi di luar tata surya kita, masih ada jutaan tata surya lain dalam galaxy kita ini. Salah satu yang terdekat adalah tata surya yang berpusat pada bintang bernama Alpha Proxima Centaury. Jarak dari bumi sekitar 4,2 tahun cahaya. Berapa jauh itu ?

Jika dengan kecepatan cahaya 4 jam bisa mencapai 4,3 milyar km, maka hitung sendiri berapa trilyun km 4,2 tahun cahaya itu. Lantas apakah perjalanan Mi’roj hanya sampai di situ ? Rasanya lebih jauh dari itu. Sebab, tata surya kita dan tata surya Alpha Proxima Centaury ini masih berada dalam satu galaxy yang bernama Milky Way atau Bima Sakti. Sementara di alam ini ada milyaran galaxy lain yang berisi milyaran tata surya juga.

Salah satu galaxy terdekat dari Bima Sakti adalah galaxy Andromeda. Jarak dari galaxy kita sekitar 2,5 juta tahun cahaya!! Artinya, meski dengan menggunakan kendaraan berkecepatan cahaya sekalipun, butuh waktu 2,5 juta tahun untuk sampai di galaxy tersebut. Impossible ditempuh dalam semalam pulang pergi. Apalagi Sidrotul Muntaha, mustahil hanya sebatas itu. Kenapa ?

Ada milyaran galaxy lain yang bertebaran di alam semesta ini. Allah Yang Maha Pencipta dan Menguasai semua alam itu. Singgasana Nya tentu lebih besar dan lebih luas. Seberapa besar ? NASA, badan antariksa Amerika dinilai sebagai pihak paling kredibel dalam bidang antariksa. Dengan kalkulasi dan piranti paling canggih, mereka memprediksi batas alam semesta ini sejauh 14 milyar tahun cahaya!!

Lalu jikapun Rasulullah menempuh perjalanan sampai ke titik itu, dengan apa ? Mungkinkah ? Jikapun dengan kecepatan cahaya, masih ada hambatan lain. “Teori Relativitas Khusus” nya Albert Einstein. Sebuah materi/benda jika bergerak dengan kecepatan cahaya, akan mengalami kontraksi ukuran sampai mendekati nol. Massanya mendekati tak terhingga. Bahasa sederhananya, benda itu akan musnah.

Nyatanya Rasulullah tidak musnah. Utuh sehat wal afiat kembali ke bumi. Padahal beliau melakukan perjalanan lebih cepat dari cahaya. Faster Than Light – Traveling. Pulang Pergi. Mungkinkah ? Mungkin. Ada teori “Reaksi Annihilasi”. Tiap materi ada anti materi nya. Berfungsi katalisator. Jika materi direaksikan dengan anti materinya, maka partikel keduanya akan lenyap. Berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gamma.

Kita tahu, perjalanan Isro Miroj beliau didampingi dua makhluk. Malaikat Jibril dan Bouraq. Malaikat terbuat dari cahaya. Bouraq pun demikian. Bouraq dari kata “barqun” artinya kilat. Cahaya. Katakanlah Nabi itu materi, lalu Jibril dan Bouraq itu anti-materinya. Sebagai katalisator bagi partikel Nabi agar mampu melewati kecepatan cahaya. Kala mereka bereaksi, maka partikel Nabi, Jibril dan Bouraq akan melebur menjadi cahaya. Melesat atas Qudrot Allah, lebih cepat dari cahaya.

Dulur, Isro’ Mi’roj itu lambang dunia akhirat. Kenapa saat itu kok nggak langsung ke Sidrotul Muntaha saja? Kenapa pakai mampir ke Baitul Maqdis yang notabene masih di bumi. Belahan benua yang belum ada pengikut atau umat Islam. Hal ini menandakan pentingnya keterkaitan dan integrasi antara bumi dan langit. Antara materi dan im-materi. Antara dunia akhirat.

Akal budi kita dirangsang untuk tidak terkungkung di alam materi ini saja. Lepaskan tempurung kebendaan bumi ini. Apa yang saat ini seolah tak mungkin ada belum tentu benar benar tidak ada. Bisa jadi hanya karena otak kita belum maksimal memikirkannya. Akhirat kerap dianggap khayalan. Padahal kecepatan supersonic, ribuan tahun lalu juga hanya hayalan. Sekarang toh jadi kenyataan.

Isro’ Miroj terbukti bukan hayalan. Angkat topi untuk para ilmuwan yang semakin dekat pada pembuktian. Kita semua juga akan mengalami “mi’roj”. Perjalanan dari dunia ini ke akhirat. Di awali dengan kematian. Ya. Materi partikel jasad ini akan hancur dalam kecepatan cahaya. Untuk mencapai akhirat, tubuh ini dimatikan. Disposal. Tidak terpakai. Ditinggal di bumi. Ruh-lah yang menuju ke sana.

Diantarkan oleh anti-materi kita, Izroil. Melesat menuju Neraka atau Surga. Nabi melihat keduanya dalam mi’roj beliau. Ke salah satu tempat itulah kita akan travelling. Semoga surga. Bagaimana kita memastikan surga lah destinasi kita ? Lagi lagi tergantung ongkosnya. Para trilyuner itu mengeluarkan 280 milyar hanya untuk naik sejauh 100 km ke angkasa. Itupun hanya sekitar 7 hari. Tentu ke akhirat lebih mahal.

Berapa ongkos untuk perjalanan ke akhirat yang tak terhingga jauhnya? Allah berfirman, “..Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah menyekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya”. 18:110. Tiket wisata lintas dimensi itu dibayar dengan berbakti pada Ilahi. Plus berbuat baik pada sesama di bumi ini.

Ongkos ke akhirat dengan bersedekah. membangun jalan, memberi makan fakir miskin. Bila perlu nyawa, tenaga dan pikiran serta segenap hidup ini. Wajar. Akhirat lebih jauh dari 100 km yang berharga 280 milyar. Ini sholatku, ini ibadahku, ini hidupku, ini matiku, ambillah Tuhan. Ini yang kupunya. Kuserahkan semua. Asal bisa menebus tiket sampai di wisata abadi surgawi. Ini persembahan hidupku sebagai ongkosku.

Jembar jagate. Omboh jangkahe. Adoh nalare. Jika Amerika sudah merancang kehidupan di bulan atau planet lain, kita sudah merancang kehidupan di akhirat. Quantum flip. Jika hidup mereka hanya bertumpu materi, kita double. Materi dan im-materi. Saat praktek hidup mereka hanya untuk pribadi, kita hidup untuk pribadi plus bangsa dan agama. Jika mereka hanya mencintai ciptaanNya, harusnya kita lebih. Mencintai ciptaanNya juga Allah Sang Pencipta.

Siapkah kita dijemput katalisator kita, si anti materi, Izroil? Cukupkah bekal kita untuk membayar ongkos ber “mi’roj”?. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *