Oleh : Glory Islamic
Kekuatan yang dihasilkan oleh perasaan cinta kerap mengalahkan logika. Hal-hal yang pada kondisi normal tidak mungkin terjadi atau dilaksanakan menjadi mungkin dan terjadi, ketika cinta menjadi landasannya. Apa yang biasanya terasa sangat berat untuk dijalani, tiba-tiba menjadi hal yang layak untuk diperjuangkan, lagi-lagi atas nama cinta. Sudah banyak kisah dan sejarah yang membuktikan betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh perasaan cinta.
Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim sedang bersedih hati. Salah satu yang membuat beliau sedih adalah belum adanya keturunan, padahal usia sema]kin senja. Usaha dakwah beliau membutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan terpilih. Tidak sembarang orang bisa. Beliau berpikir, andai memliki keturunan maka anak itulah yang akan melanjutkan perjuangan dakwah kerasulan beliau. Setelah berdoa sekian lama, atas kuasa Allah salah istri beliau hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Tak terkira gembiranya hati Nabi Ibrahim demi mendapati doanya dikabulkan. Betapa senang perasaan beliau menyaksikan anak yang ditunggu-tunggu, kini hadir di tengah-tengah keluarga. Di saat sukma sedang gembira gembiranya menikmati anugerah, Allah punya rencana lain. Ibrahim yang terkenal akan kepatuhan, ketundukan dan cintanya pada Allah, diuji. Beliau diperintahkan untuk membawa istri beserta anak yang masih merah itu ke tengah gurun dan meninggalkan begitu saja di sana.
Tentu wajar bila ada perasaan sedih dan berat di hati Ibrahim. Rasa cinta dan sayang yang mulai tumbuh pada anak dan istri harus diputus dengan meninggalkan mereka di tengah gurun pasir tanpa seorangpun teman dan sedikitpun bekal. Namun demikian, atas kuasa Allah, cinta Ibrahim yang begitu besar kepada Tuhannya mengalahkan cintanya pada anak dan istri. Rasa berat dan sedih itu ditepisnya jauh-jauh demi pembuktian cinta seorang hamba, Ibrahim, kepada Tuhannya, Allah.
Meski dada sesak menjerit sedih, dibawanya istri dan anak yang ada di gendongan itu ke gurun pasir dan ditinggalkannya di sana. Jeritan hati itu diubahnya menjadi rintihan doa cinta. Sang istri, Ibu Hajar, tak kalah taat. Menghadapi perintah itu, dia hanya bertanya sekali pada Ibrahim: apakah benar ini perintah Tuhan? Jawab Ibrahim, ya. Hajarpun tidak bertanya lagi, serta merta tunduk patuh penuh kepasrahan dan keikhlasan. Kecintaannya pada Allah dan Rasul membunuh ketidaksetujuan manusiawinya.
Sendirian di tengah gurun yang panas dan ganas, Hajar menggendong Ismail yang masih bayi. Tanpa bekal dan teman. Ketika matahair semakin terik, Ismail menangis kehausan. Ditinggalkan sebentar untuk mencari air. Ibu Hajar naik turun dari satu bukit ke bukit lainnya, terhitung sampai tujuh kali. Proses inilah yang kelak diperingati umat Islam dalam salah satu rukun haji yakni sa’I, lari-lari kecil dari bukti Sofa dan Marwah. Sayang ritual itu kini dilakukan di dalam bangunan ber-AC, agak kehilangan makna.
Setelah berpisah bertahun-tahun, singkat cerita Hajar dan Ismail kembali berkumpul bersama Ibrahim. Bukan main girang dan bersyukurnya Ibrahim. Terlbih melihat Ismail sedang mekar dan lucu-lucunya. Namun, kegembiraan itu hanya bisa dinikmati beberapa waktu saja. Lagi-lagi cinta menuntut bukti. Satu malam Ibrahim bermimpi diperintah menyembelih putranya. Ada pertempuran hebat dalam hati beliau. Cinta manusiawinya pada anak semata wayang melawan cinta agungnya pada Allah.
Mengatasi hal itu, beliau meminta pendapat sang putra. Benih cinta yang agung ternyata juga sudah tertanam dalam hati sang putra. Ismail menjawab: laksanakan apa yang diperintahkan Tuhan, ayah. Insya Allah aku akan menjadi hamba yang berserah diri. Air mata Ibrahim tak terbendung. Sambil tangan kiri menuntun Ismail, tangan kanan menghunus pedang. Langkah tegap, hati bergemuruh, berdua menuju tempat sunyi untuk melaksanakan perintah Tuhan.
Di tengah perjalanan, setan berusaha menggagalkan kepatuhan dua manusia mulia tersebut. Menyaru malaikat, menyerupai istri, berwujud manusia bijak, setan berkali-kali menasehati Ibrahim mengurungkan niat. Beberapa saat Ibrahim sempat bimbang. Namun ketinggian iman beliau akhirnya mampu mengusir setan dengan lemparan kerikil kecil. Lemparan batu-batu kecil inilah yang kemudian diikuti jamaah haji dengan ritual melempar jumrah sampai sekarang.
Lemparan batu yang sesungguhnya melambangkan niat dan usaha keras untuk mengusir rasa cinta pada hal-hal dunia, anak dan harta, demi meneguhkan cinta yang utuh dan murni pada Allah Tuhan Yang Maha Suci. Pertanyaannya, sudahkah para jamaah haji itu meniatkan betul lemparan jumrah sebagai usaha membuang rasa cinta pada harta dan kenikmatan dunia untuk digantikan cinta utuh pada Allah semata? Adakah peningkatan cinta pada Allah antara sebelum dan sesudah berangkat haji?
Ibrahim sadar betul, bahwa Allah itu pencemburu. Allah tidak mau dan tidak boleh diduakan dengan apapun dan siapapun. Cinta pada Allah harus kokoh, satu dan utuh, tidak boleh terbagi. Maka sambil membaringkan Ismail di sebuah batu, menangis beliau sembelih putra satu-satunya. Terdengar takbir melantun dalam getar suara paraunya. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, Laa ilaaha illallahuwallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu. Demi cinta Allah, kukorbankan cinta pada anakku.
Adalah cinta, yang memberi kekuatan besar. Adalah cinta yang membuat seseorang mampu melaksanakan apa yang dirasa berat dan mustahil. Adalah cinta yang bisa mengantarkan seseorang menjadi muslim sejati. Karena hanya dengan cinta seseorang rela menyerahkan apa saja demi yang dicintainya. Cinta mu’min sejati kepada Tuhannya melebihi cintanya kepada apapun dan siapapun. Walladziina aamanu asyaddu hubba lillah. Rasul Ibrahim merubah jerit ratap menjadi doa penuh harap
Allahumma inni as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka, wal ‘amalalladzii yuballiguni hubbaka, Allahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsi wa ahli wa minal maa’il baaridi/Ya Allah aku meminta pada-Mu agar cinta pada-Mu dan cinta pada siapa yang cinta padaMu, dan tunjukilah amal yang bisa mengantarkan aku cinta padaMu, ya Allah jadikanlah aku cinta padaMu melebihi cintaku pada diriku, keluargaku dan air yang dingin. Sebuah doa penawar hati dan kidung cinta yang agung pada Tuhan. Adalah cinta yang membuat ibadah diterima. Dulurku, hanya dengan mencintai Allah melebih apapun, kita bisa melaksanakan seluruh perintah Tuhan dengan ikhlas dan rela tanpa keberatan. Bisa? Bismillah.