CNN. Sebuah proyektil yang diduga rudal hipersonik yang diluncurkan oleh Korea Utara pada Selasa (11/1) diklaim memiliki kemampuan yang lebih mengerikan.
Rudal hipersonik itu disebut lebih canggih, lebih cepat, dan lebih tepat sasaran daripada rudal hipersonik sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Dilansir dari CNN, rudal yang diluncurkan dari provinsi Jangang dan mendarat di lautan antara Semenanjung Korea dan Jepang ini diperkirakan penerbangannya menempuh jarak lebih dari 700 kilometer dan mencapai ketinggian 60 kilometer.
Korea Utara mengabarkan pihaknya telah berhasil melakukan uji coba rudal hipersonik sekaligus menjadikannya sebagai uji coba ketiga yang dilakukan selama masa pemerintahan Kim Jong-un.
Berdasarkan laporan media pemerintah, Kim disebut turut menghadiri peluncuran rudal tersebut.
“Unit tempur luncur hipersonik yang terpisah dari rudal, meluncur ke atas sejauh 600 kilometer dan melakukan manuver balik yang kuat sejauh 240km dari azimuth peluncuran awal ke azimuth target, dan mengenai sasaran target di wilayah perairan yang berjarak 1.000km,” kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Rabu pagi, seperti dikutip dari CNN, Rabu (12/1).
“Melalui peluncuran uji terakhir ini, kemampuan manuver yang unggul dari unit tempur luncur hipersonik lebih jelas terkonfirmasi,” ujar KCNA.
Badan intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat dikabarkan tengah melakukan penilaian terhadap rudal Korut. Analisis awal menunjukkan proyektil ini mampu mencapai kecepatan Mach 10. Manuver itu jauh lebih cepat dibandingkan uji coba yang dilakukan Korea Utara Kamis lalu.
Uji coba proyektil yang diklaim sebagai rudal hipersonik tersebut pada dasarnya berdasarkan pengakuan dari media pemerintah Korea Utara. Klaim tersebut nyatanya banyak diragukan oleh para ahli.
“Apa yang disebut senjata hipersonik Korea Utara secara teknologi belum siap untuk digunakan,” kata Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul.
“Tetapi media pemerintah menghebohkan uji coba terbaru, yang secara pribadi diawasi oleh Kim Jong-un, sebagai ‘verifikasi akhir’ dari kemampuan militer baru. Ini terlihat seperti pemeriksaan klasik ‘box checking’ Korea Utara, yang mengklaim keberhasilan item agenda dari pidato Kim sebelumnya dalam upaya untuk meningkatkan legitimasi politik dan meningkatkan tekanan diplomatik,” kata Easley.