CNN. Kebakaran landa sebuah penjara penuh sesak di ibu kota Burundi, Gitega, Selasa (7/12) dini hari dan menewaskan puluhan narapidana.
Hal tersebut disampaikan wakil presiden Burundi Prosper Bazombanza. Ia menyebut Banyak tahanan masih tertidur ketika api berkobar. Sebagian besar fasilitas disebut hancur.
Wakil presiden yang mengunjungi lokasi tragedi dengan beberapa menteri, mengatakan kepada wartawan bahwa 38 orang tewas dan 69 luka parah.
Kebakaran terjadi sekitar pukul 4 pagi, sederet foto beredar di media sosial menunjukkan api besar menelan penjara, dan mayat tergeletak di lantai.
“Kami mulai berteriak, kami akan terbakar hidup-hidup ketika kami melihat api naik sangat tinggi, tetapi polisi menolak untuk membuka pintu kamar kami, mengatakan ‘ini adalah perintah yang kami terima’,” seorang narapidana dihubungi melalui telepon, kepada AFP.
“Saya tidak tahu bagaimana saya melarikan diri, tetapi ada tahanan yang dibakar habis-habisan,” katanya.
Kementerian Dalam Negeri Burundi mengatakan bahwa bencana disebabkan oleh arus pendek listrik di penjara yang berusia hampir seabad tersebut.
Sebuah sumber polisi mengatakan layanan darurat terlambat ke tempat kejadian, mobil pemadam kebakaran pertama tiba dua jam setelah dimulainya kobaran api.
Korban-korban dengan luka bakar serius dibawa ke rumah sakit, beberapa diangkut dengan mobil pick-up polisi, sementara yang lain dengan kasus ringan dirawat di tempat kejadian.
Api telah dikendalikan, tetapi banyak bagian dari penjara hangus. Di balik sebuah dinding batu, tertulis tanggal pembangunan pada tahun 1926, ketika Burundi adalah koloni Belgia.
Penjara yang terbakar menampung sejumlah tahanan politik di blok dengan tingkat keamanan tinggi, dan ada juga blok tahanan wanita.
Penjara tersebut merupakan rumah bagi lebih dari 1.500 narapidana pada akhir November, menurut angka otoritas penjara, jauh lebih tinggi dari kapasitas yang ditentukan yaitu 400.