JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) memberikan pelatihan Dasar Manajemen Bencana dan Pengendalian Operasi Pencarian dan Pertolongan bagi para relawan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) tingkat provinsi, kabupaten/kota di seluruh Indonesia melalui metode hybrid learning.
Penyelenggaraan pelatihan dasar manajemen bencana itu juga melibatkan peran serta dan sinergi antara BNPB dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) dan Badan Penanggulangan Bencana PDIP (Baguna).
Kepala BNPB Ganip Warsito dalam sambutannya sangat mengapresiasi bentuk pelatihan yang akan diikuti para relawan selama empat hari tersebut, mulai Selasa (28/9) sampai Jumat (1/10). Menurutnya, selain dapat memupuk persatuan dan kesatuan, pelatihan dasar manajemen bencana tersebut juga sangat penting karena memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan bencana.
“Pelatihan ini sangat penting, karena bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap Baguna dalam penanggulangan bencana pada masa pandemi COVID-19,” kata Ganip dalam pembukaan pelatihan melalui media daring, Selasa (28/9).
Melalui pelatihan tersebut, Ganip melihat bahwa materi yang berkaitan dengan manajemen bencana akan terus berguna hingga ke depannya, sebab wilayah Indonesia masuk dalam kawasan rawan bencana dengan dilalui oleh dua lempeng aktif dan masuk dalam zona ring of fire.
Di sisi lain, kondisi geografis tersebut juga diikuti dengan pertumbuhan penduduk. Sehingga, seluruh komponen masyarakat juga perlu dilibatkan dalam penanggulangan bencana.
“Tantangan penanggulangan bencana yang dihadapi bangsa Indonesia akan terus terjadi di masa depan. Indonesia berada di wilayah kawasan rawan bencana dan kondisi ini akan terus berulang di tengah pertumbuhan jumlah penduduk,” jelas Ganip.
“Seluruh elemen masyarakat perlu diberdayakan dan dilibatkan dalam penanggulangan bencana,” imbuh Ganip.
Hingga dewasa ini, keberadaan relawan Baguna menurut Ganip sudah sangat dirasakan oleh masyarakat, khususnya dalam kaitan penanggulangan bencana yang meliputi aspek sosialisasi, mitigasi dan kesiapsiagaan.
Keberadaan relawan dalam penanggulangan bencana juga dibutuhkan, mengingat penanggulangan bencana tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja melainkan perlu ada kolaborasi antar lintas komponen Pentaheliks.
“Keberadaan relawan Baguna telah dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi, mitigasi dan kesiapsiagaan,” ungkap Ganip.
Ganip sangat berharap melalui kegiatan pelatihan tersebut kemudian dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitas sehingga para relawan Baguna mampu menjadi agen penanggulangan bencana untuk masyarakat di seluruh penjuru negeri.
“Saya sangat berharap seluruh peserta pelatihan dapat mengikuti seluruh agenda pelatihan agar dapat meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan bencana pengendalian operasi dan mengurangi kerentanan sekaligus meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerintah dalam penanggulangan bencana,” pungkas Ganip.
Dalam acara pembukaan pelatihan yang juga dihadiri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Prof Dr. (HC) Hj. Megawati Sukarnoputri secara daring itu, Ganip juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden ke 5 RI Megawati yang telah menginisiasi lahirnya BNPB dengan tiga fungsi Komando, Koordinator dan Pelaksana, sebagaimana yang tertuang dalam UU Nomor 24 Tahun 2007.
“Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kepedulian, peran dan inisiasi Ibu Megawati dalam pembentukan undang-undang penanggulangan bencana sekaligus dalam pembentukan BNPB RI pada tahun 2008 yang lalu,” ucap Ganip.
Penantian Panjang
Pada acara pembukaan ini Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Prof Dr. (HC) Hj. Megawati Sukarnoputri sangat menyambut baik kegiatan pelatihan penanggulangan bencana seperti yang akan dilaksanakan antara BNPB, BNPP, BMKG dan Baguna. Bentuk sinergi yang diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan itu bahkan sudah lama dinanti saat Megawati menjabat sebagai Wakil Presiden RI.
Semasa itu, Megawati mengaku belum ada gerakan penanggulangan bencana yang memadai. Padahal menurut dia, bencana sifatnya sangat dekat dengan masyarakat. Oleh sebab itu, Megawati berharap agar penanggulangan bencana kemudian menjadi budaya yang melekat di kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pelatihan BNPB, BNPP dan Baguna ini telah lama saya nanti-natikan. Waktu saya menjadi Wapres, penangganan bencana sangat kurang memadai. Hingga saat ini, pananganan bencana masih banyak yang bersifat reatif dan kurang persiapan. Penanggulangan bencana harus bisa menjadikan budaya bangsa untuk menyiapkan tanggap darurat, reaksi cepat dan tepat sararan”, ucapnya.
Selain penanggulangan bencana, Megawati juga menyampaikan bahwa peralatan peringatan dini atau early warning system harus bisa memberikan informasi yang akurat ke masyarakat.
Di sisi lain, local system dengan memperhatikan budaya setempat harus menjadi perhatian serius semua pihak. Dalam hal ini, masyarakat harus mendengar apa yang disampaikan oleh pemerintah, sehingga pelatihan masyarakat menjadi penting.
“Kepala BNPB dan BNPP harus meningkatkan pelatihan dan memperbaharui system yang ada saat ini. Kata kuncinya adalah “terkoordinir”’, lanjutnya.
Dengan mengikuti pelatihan penanggulangan bencana bersama BNPB dan BNPP, Megawati juga meminta agar relawan Baguna lebih siap untuk ditugaskan dalam kondisi kritis. Relawan Baguna harus mampu mencari solusi dari segala hal tantangan dan rintangan dalam penanggulangan bencana.
“Baguna harus siap ditugaskan pada kondisi yang tidak memungkinkan. Waktu bencana Palu, saya perintahkan Baguna untuk memasuki wilayah Palu dengan mengikuti jalan-jalan tikus karena tidak bisa diakses dari udara, laut dan darat”, kata Megawati.
Dalam rangka menunjang percepatan penanggulangan bencana, Megawati menekankan agar BNPB membuat pengadaan peralatan dan bantuan yang berkualitas. Di sisi lain, dia juga meminta agar peran Pemerintah Daerah lebih aktif dan bersinergi dengan Pemerintah Pusat. Sebab, penanggulangan bencana tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bentuk sinergi tersebut.
“Pemda masih tak acuh atas apa yang disampaikan oleh Pusat. Lanjutkan apa yang saya katakana ini”, ujar Megawati.
Megawati kemudian mengambil contoh bagaimana penanganan banjir Bengawan Solo kepada Wakil Walikota (hadir pada saat itu) agar Bengawan Solo ditata dengan rapi dengan system gotong royong.
Di samping itu, bagi masyarakat yang tinggal di daerah gempabumi, Megawati menyarankan perlunya menyiapkan tas siaga di pintu-pintu rumah, agar tidak ada korban jiwa apabila terjadi bencana atau zero victim.
Dalam penutupan, Megawati menitipkan pesan agar gelaran pelatihan penanggulangan bencana juga berpihak kepada masyarakat dan membudayakan penanganan bencana mulai dari tanggap darurat, reaksi cepat dan tepat sasaran.
“Mari tingkat masyarakat yang berbudaya pada penanganan bencana tanggap darurat, reaksi cepat dan tepat sasaran agar masyarakat ikut eager dalam penanggulangan bencana” tandas Megawati. (rls)