Oleh : Glory Islamic

Tahukah Anda kenapa buka puasa dalam bahasa Inggris disebut fasting? Kata fasting berasal dari kata dasar fast yang jika berbentuk adjecktiva berarti cepat, dalam bentuk verb berarti berpuasa, dalam bentuk nomina berarti puasa. Fasting lebih merujuk pada kata fasten yang berarti mengancingkan, mengeratkan, mengencangkan. Arti ini lebih mendekati kebenaran jika kita lihat puasa dalam bahasa Arab adalah shoum yang juga berarti “menahan”. Keduanya mengandung makna mengikatkan, menahan. Maka buka puasa dalam bahasa Inggris disebut breaking fasting (memecah atau membuka ikatan penahan).

Seperti tulisan sebelumnya di mana puasa romadlon ini adalah gambaran bagaimana kehidupan kita seharusnya.  Allah berfirman dalam Qs. Al Isra: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik”. Dalam ayat tersebut Allah memberi kita dua pilihan bagaimana kita mengambil bagian hidup kita.

Dalam sebuah hadis Rrasul saw. bersabda bahwa Allah memiliki kenikmatan 100%. Terbagi menjadi dua bagian. 1% dari kenikmatan tersebut disediakan di dunia yang dinikmati oleh seluruh makhluk; orang kafir, mu’min, binatang, tumbuh-tumbuhan. Sedangkan bagian terbesar yang 99% oleh Allah ditangguhkan pemberiannya nanti di akhirat, namun khusus untuk orang-orang yang beriman. Kenikmatan dan kebebasan hakiki tersebut disediakan sebagai reward dan buka puasa untuk orang-orang beriman; orang-orang yang tidak ikut berebut kenikmatan dan kebebasan 1% saat hidup di dunia.

Saat kita memilih jalan hidup sebagai orang beriman, maka di dunia ini kita diharuskan untuk menahan segala gejolak ingin puas dan ingin bebas. Kita harus merelakan kebebasan dan kepuasan yang hakikatnya hanya 1 % itu dinikmati oleh orang non mu’min. Toh, sesedikit apapun itu, kita juga masih mendapatkan bagian dari yang 1 % itu. Hati ini harus dihibur dengan angin suci surgawi bahwa akan ada bagian 99% yang menanti di akhirat. Jiwa dikuatkan dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Akal, pikiran dan psikis kita haru tetap terjaga dalam kesadaran penuh bahwa kita sedang “berpuasa”. Itu strategi terbaik yang harus kita pilih dalam menjalani kehidupan ini.

Saat menjalani “hidup puasa” di dunia ini, orang beriman tentu akan menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan. Ada dua macam ujian. Pertama, ujian kenikmatan. Dalam Qs. 3;14-17 disebutkan bahwa dipasang di hati manusia keinginan dan kecintaan terhadap kenikmatan duniawi. Bayangkan bahwa selama hidup ini kita menapaki sebuah jalan yang di kanan-kirinya ada godaan berupa kenikmatan dan kebebasan. Terdiri dari harta, kedudukan, kekuasaan, pasangan yang cantik dan ganteng. Semuanya menari-nari dan menggoda untuk diraih dan didapatkan. Di sepanjang perjalanan itu Allah memberi clue berupa warning untuk tidak menolehkan pandangan, menjaga diri dari ambisi meraihnya, (Qs. 15:88).

Kedua, ujian kesulitan dan ketidakbebasan. Dalam Qs. 2:155 Allah menegaskan akan menguji orang-orang beriman dengan segala bentuk ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Saat memilih untuk tidak menoleh pada godaan kenikmatan di sepanjang perjalanan hidup tadi, tentu ada konsekwensinya. Mafhum kita tahu bahwa kebanyakan manusia lebih memilih untuk disegerakannya kenikmatan dan kebebasan di dunia ini. Maka ketika orang mu’min berjalan melawan arah mainstream di dalam hati timbul ketakutan akan banyak hal. Khawatir ketinggalan jaman, kemiskinan, dijauhi teman dan lain sebagainya. Sabar adalah kata kuncinya.

Sebaliknya, saat terik yang menyengat haus yang mendera, perut melilit, sering kita membujuk anak-anak atau adik kita yang merengek-rengek untuk minta dispensasi saat puasa. Entah diberi sedikit keringanan dengan berpura-pura sakit atau disegerakan buka puasa sebelum waktunya. Biasanya kita memberikan hiburan dengan kalimat: “sabar ya sebentar lagi kok”. Demikian pula saat begitu berat ujian dirasa, saat Rasul dan orang beriman berkata: kapankah pertolongan Allah datang? Allah berfirman: Ingatlah sesungguhnya pertolongan allah itu dekat, Qs.2:214.

Jika fasting kita ambil dari kata fast yang berarti cepat, maka puasa akan kehilangan makna, karena minta cepat buka puasa, ada ketidaksabaran di sana. Tapi jika fasting kita ambil dari kata fasten yang berarti mengekang, mengencangkan ikat pinggang, itulah makna sesungguhnya puasa. Itulah gambaran sesungguhnya dari hidup ini. Saat buka puasa, bukan dinginnya air yang membuat tetes demi tetes air terasa beda dan suara bedug itu ditunggu-tunggu; tapi adalah kelegaan setelah seharian menahan diri dari rasa haus dan lapar; yang kemudian berujung kebolehan makan dan minum. Breaking Fasting.

Saudaraku orang beriman, saat kita ikhlas memilih “berpuasa” selama hidup di dunia ini, maka pastikan kita tidak tergoda akan kebebasan dan kenikmatan yang 1% ini, itulah puasa kita. Yakinlah ada bagian yang jauh lebih besar 99% yang sedang menunggu kita di akhirat. Ya, sebentar lagi kita akan “berbuka puasa”, saat kematian menjemput, saat kita tetap teguh dalam kesabaran meski dalam penderitaan, maka para malaikatpun menyambut di pintu surga sambil menyampaikan: “Salam sejahtera buat kalian atas kesabaran kalian. Ada salam dari Tuhan Pencipta alam Semesta”. Segala luka terobati, segala dahaga teraliri, segala tembok larangan terbukakan. Hidup bebas selamanya. Breaking Fasting, Everlasting.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *