Oleh: Glory Muchtar

Pagi itu saya lihat dua orang petani, Wak Simin membajak sawah sambil bersenandung kidung jawa dan seorang lagi mencangkul. Iseng saya izin nyoba membajak sawah. Baru beberapa meter kerbau mogok ga mau jalan. Ternyata nyanyian alam dari mulut wak Simin itulah “penyemangat” si kerbau. Dan saya ga punya itu.

Mereka berdua tersenyum melihat saya lalu memanggil, “Sini mas, istirahat dulu..”

Saya mendatangi mereka di pinggir sawah di bawah pepohonan.

“Baru sebentar kok istirahat sih wak.. lebih giat dong..”, saran saya

“Ah.. kenapa harus ngoyo..”

“Ya biar hasilnya bisa lebih banyak..”

Halah mas..untuk apa hasil banyak-banyak…”

“Ya biar dapat duit banyak..”

“Untuk apa banyak-banyak.. ini saja sudah cukup untuk kebutuhan keluarga kok mas”

“Ya untuk ditabung dan beli sawah lagi..”

“Untuk apa sawah lagi..lagian siapa yang ngerjakan..anak sekarang ga mau kotor”

“Ya nyewa orang.. seperti mereka yang kaya itu.. sehingga sampean bisa banyak waktu dan istirahat..”

Sampean ini ga jelas..ngewohi

“Lho kok..?”

“Tadi saya istirahat sampean suruh kerja keras biar cepet kaya dan punya banyak sawah. Sampean juga bilang kalau banyak sawah lebih enak karena punya banyak waktu istirahat”.

“Iya terus..?”

“Lha kalau dengan ini saja saya sudah bisa banyak beristirahat..kenapa harus susah payah punya banyak sawah..?”

Tertegun saya. Benar juga dia. Saya jadi ingat pelajaran biologi. Ada dua jenis hormon dalam tubuh kita. Hormon serotonin dan hormon adrenalin. Serotonin bertugas mempengaruhi berbagai fungsi psikologis. Disebut juga hormon kebahagiaan. Seseorang dengan serotonin kadar normal, kondisi psikis akan tenang dan cenderung bahagia dengan hidupnya.

Sementara adrenalin adalah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan sebagai simulasi otak, menjadi tegang, terpacu, was-was dan siaga. Kadar adrenalin tinggi biasanya ketika tertantang, dalam bahaya dan tekanan.

Mungkin dalam tubuh wak Simin dan temannya, kadar serotonin lebih berpengaruh. Positifnya, mereka tidak terlalu ngoyo. Mereka mampu mengendalikan emosi dan menakar skala prioritas apa yang ingin diraih. Lebih mampu membedakan apa “need” dan mana “want“. Tidak mengejar want tapi mencukupkan need. Alhasil bagi mereka hidup jadi lebih simpel. Stress nya minim sekali. Tak heran di umur 60-an mereka masih kuat dan sehat. Di umur yang sama, warga kota sudah rutin jadi pasien rumah sakit.

“Ayo dimakan..”, wak Simin membuyarkan lamunan

Ada suguhan ketela rebus, singkong, dan pisang. Tanpa bahan pewarna, pengawet atau pemanis buatan. Sehat alami. Pantas fisik mereka kuat. Psikis mereka sehat.

Yuk kurangi ambisi, tambahi refleksi diri. Allah naruh kita di bumi untuk menjaga agar lestari, bukan eksplorasi sekehendak hati. Tirulah wak Simin. Ingatlah Allah saat bekerja, biar kestabilan hormon serotonin terjaga.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” 13:28.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *