CNN. Kombinasi beberapa faktor diduga membuat gempa Cianjur menjadi memicu banyak kerusakan permukiman dan menimbulkan banyak korban jiwa. Apa saja?
Sebelumnya, bencana gempa menimpa wilayah Cianjur dan sekitarnya pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dengan kekuatan Magnitudo 5,6 itu terletak di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS, berjarak sekitar 9,65 km barat daya Kota Cianjur atau 16,8 km timur laut Kota Sukabumi dengan kedalaman 10 km.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (22/11) pukul 17.00 WIB, korban meninggal akibat gempa mencapai 268 jiwa, yang teridentifikasi 122 jenazah, yang masih hilang 151 orang, dan korban luka mencapai 1.083 orang.
Selain itu, gempa juga dilaporkan membuat rumah 22.198 unit rusak total.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkap tiga faktor yang membuat gempa bumi ini jadi amat merusak.
Yakni, kedalaman gempa yang dangkal, struktur bangunan tidak memenuhi standar aman gempa, serta lokasi permukiman berada pada tanah lunak (local site effect-efek tapak) dan perbukitan (efek topografi).
1. Kedalaman
Kedalaman pusat gempa biasanya dinyatakan dalam hiposenter atau hipsentrum. Dikutip dari Magma Indonesia, Hiposenter sendiri berarti “di bawah pusat”. Ini merupakan titik di dalam bumi yang menjadi pusat gempa bumi, dinyatakan dalam lintang, bujur dan kedalaman.
Berdasarkan kedalamannya, gempa bumi biasanya terbagi tiga.
Pertama, gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposenternya kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar meski tak selalu. Contohnya adalah gempa Cianjur.
Kedua, gempa bumi menengah, yakni gempa bumi yang hiposenternya berada di antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi. Biasanya, gempa bumi menengah menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya terasa.
Ketiga, gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi atau di dalam kerak bumi. Umumnya, gempa bumi ini tidak terlalu berbahaya.
Gempa Cianjur sendiri memiliki kedalaman hiposenter 10 Km. Ratusan gempa susulannya pun sepintas berkekuatan di bawah Magnitudo 5. Namun, menurut Daryono, tak perlu gempa berkekuatan besar untuk menimbulkan kerusakan di kawasan tersebut.
2. Struktur bangunan
Daryono pernah mengatakan tidak ada larangan untuk membangun di daerah rawan gempa. Namun, struktur bangunan yang tahan gempa wajib dipenuhi.
“Kita bisa kasih jarak 100 meter dari jalur sesar. Tidak ada larangan bangun di daerah rawan gempa tapi struktur bangunan wajib dipenuhi,” katanya, pada 2019.
Masalahnya, banyak permukiman warga yang dibangun seadanya. Salah satu temuan BMKG adalah para korban gempa Malang 2021.
“Dari hasil survei dan evaluasi di lapangan banyak ditemukan struktur bangunan yang tidak memenuhi persyaratan tahan gempa. Mayoritas bangunan tidak menggunakan struktur kolom pada bagian sudutnya,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, 14 April 2021.
Yang bagaiamana rumah tahan gempa?
Dikutip dari situs Dinas Pekerjaa Umum (DPU) Kulonprogo, bangunan tahan gempa merupakan bangunan yang dirancang dan diperhitungkan secara analisis, baik kombinasi beban, penggunaan material, dan penempatan massa strukturnya.
Ciri-cirinya di antaranya adalah memiliki sistem penahan gempa, dan konfigurasi strukturnya memenuhi standar anti gempa.
Contoh konkretnya adalah memiliki pondasi yang memakai sistem plat beton lajur. Pondasi ini lebih kuat karena semua bagian yang ada memakai beton tulang. Goncangan gempa atau angin yang keras pun bisa ditahan lebih kuat.
Selain itu, dindingnya memakai konstruksi beton dan beton bertulang.
3. Lokasi
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan morfologi wilayah pusat gempa di kawasan Cianjur pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal, yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede.
Wilayah tersebut secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut juga telah mengalami pelapukan.
“Endapan Kuarter yang menyusun wilayah ini pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi,” demikian dikutip dari situs vsi.esdm.
Selain itu, morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan juga berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Lebih lanjut, Badan Geologi menyebut bencana gempa bumi yang menimpa Cianjur ini berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.
Menurut Daryono, perlu ada kajian komprehensif untuk membaca peta kerawanan kawasan ini yang banyak dilintasi sesar, di antaranya Cimandiri dan Lembang.
“Penting identifikasi sumber gempa, dalam hal ini jalur sesar aktif. Kemudian perlu ada kajian gempa bumi komprehensif, agar bisa baca tingkat kerawanan di situ,” kata Daryono.