CNN. Sydney Airport Holdings menyetujui tawaran penjualan Bandara Internasional Sydney senilai US$17,5 miliar atau setara Rp249,55 triliun (kurs Rp14.260 per dolar AS) dari kelompok investor infrastruktur Sydney Aviation Alliance (SAA). Terdiri dari Australia IFM Investors, QSuper, AustralianSuper, dan mitra investor global yang berbasis di Amerika Serikat.
“Sydney Airport Holdings percaya hasilnya mencerminkan nilai jangka panjang yang sesuai untuk bandara dan dengan suara bulat merekomendasikan proposal tersebut,” ungkap Ketua Sydney Airport Holdings David Gonski seperti dilansir dari Reuters, Selasa (9/11).
Rencana tersebut muncul di saat negeri kanguru baru saja melonggarkan kebijakan pembatasannya dalam rangka penanganan pandemi covid-19. Tawaran ini diterima karena pihak investor mau membeli saham bandara seharga 8,75 dolar Australia per saham atau Rp92.225 per saham (kurs Rp10.540 per dolar Australia).
Nilainya lebih tinggi 6 persen dari tawaran awal sebesar 8,25 dolar Australia per saham atau Rp86.955 per saham. Kesepakatan jual beli itu diklaim akan menjadi yang terbesar di Australia.
Lebih lanjut, saat ini proses masih menunggu hasil laporan tim penilai independen. Begitu juga dengan persetujuan dari 75 persen pemegang saham, regulator di bidang persaingan, hingga Foreign Investment Review Board.
Proyeksinya, proses ini membutuhkan waktu beberapa bulan. Untuk itu, pertemuan lanjutan dari proses jual beli ini akan dilakukan pada Januari 2022.
“Kami menantikan para pemegang saham memberikan suara pada kesepakatan yang diusulkan. Kelompok kami mewakili jutaan orang Australia dan kami bermaksud bekerja keras untuk membawa lebih banyak penerbangan dan penumpang kembali ke bandara ketika industri penerbangan muncul dari covid-19,” ucap Kepala Eksekutif IFM Investor David Neal.