Keriput kulitnya seakan membungkus tubuhnya yang renta. Dan rambutnya pun mulai memutih. Namun diusianya yang lanjut, beliau tetap semangat dalam beribadah dan bekerja. Setiap harinya beliau selalu datang kemasjid untuk sholat berjamaah dan menghadiri majelis pengajihan.  Seakan tak pernah merasa cukup. Sungguh beliau  patut kita teladani dalam kehidupan ini.

    Beliau adalah Bapak Rais atau sering dikenal Mbah Haji Rais. Santri tua yang berguru pada Bapak Guru Muhammad Abdullah Muchtar mulai tahun 1967 hingga sekarang.

    Saat itu Pak Rais sudah berusia dewasa. Awalnya beliau mengikuti Bapak Guru dengan tidak sengaja. Pada masa itu Pak Rais hanya membantu Bapak Guru dengan segenap tenaganya. Pekerjaan beliau setiap harinya mengerjakan ladang dan mengambil air. Diselang waktu istirahat Pak Rais sering diberi nasehat oleh Bapak Guru. Waktu terus berjalan Pak Rais merasa tertarik dengan nasehat Bapak Guru.

    Suatu malam Pak Rais tidur menginap di rumah Bapak Guru . Pada waktu subuh Bapak Guru membangunkan Pak Rais untuk sholat subuh berjamaah. Dari hal itulah Pak Rais mulai sholat berjamaah dan berguru pada Bapak Guru Muhammad Abdullah Muchtar.

    Pada tahun 1967, banyak fitnah yang beredar di masyarakat tentang Bapak Guru. Namun, hal itu tidak membuat Pak Rais mundur atau bahkan meninggalkan Bapak Guru. Bahkan beliau tidak menghiraukan fitnah yang beredar itu. Melainkan beliau tetap terus maju  mengikuti Bapak Guru.

    Pak Rais tidak seorang diri ketika belajar pada Bapak Guru melainkan beliau mengajak teman-temannya. Diantaranya Pak Tarmin, Pak salim, Pak Nur Sahid dan Bapak patekan.

    Pada tahun 1969, fitnah terhaadap Bapak Guru tak lagi bisa dibendung. Terjadi desas desus bahwa Bapak Guru mengaku menjadi nabi. Masyarakat langsung mendatangi rumah Bapak Guru dengan melempari batu. Cemoohan mengatakan Bapak Guru sesat tidak lupa terlontarkan dari mulut masyarakat. Dan Bapak Guru hanya diam. Kemudian mengajak para santri untuk berwirid dan berdo’a. Masyarakat pun mulai bergegas melaporkan Bapak Guru kepihak polisi. Akhirnya Bapak Guru diamankan oleh polisi selama 4 bulan. Tidak tinggal diam ditahanan  Bapak Guru juga berdakwah ajaran agama islam. Bapak Fadelan salah satu santri Bapak Guru selama di tahanan.

    Meski banyak fitnah yang menimpa Bapak Guru, namun Pak Rais tetap teguh pendirian mengikuti Bapak Guru. Menurut beliau sudah tidak ada pilihan yang terbaik hanya Bapak Guru satu-satunya panutan yang membimbing menuju keselamatan dunia akhirat.

    Pada tahun 1977, Pak Rais diberangkatkan untuk mengikuti program transmigrasi ke Pulau Kalimantan. Disana beliau bertugas untuk menjaga warga yang bertransmigrasi agar mendapat ketenangan dan kesejahteraan. Waktu terus berjalan . Tahun 1984, Pak Rais kembali ke pulau Jawa.  Melanjutkan perjalanan dakwah selama 10 tahun di pulau jawa. Kemudian Kembali lagi ke pulau Kalimanan. Hal ini menunjukkan betapa besarnya semangat dakwah beliau untuk menyebarkan agama Allah.

    Sekian lama Pak Rais hidup sendiri akhirnya Bapak Guru menikahkan dengan seorang gadis. Gadis itu masih ada tali saudara dengan keluarga Bapak Guru. Dia sosok gadis yang cantik dan taat yang berasal dari Desa Pucangkro, Kali Tengah, Lamongan. Namanya Sutiah atau sering dikenal bulek Tiah.

    Pak Rais dan sang istri, adalah santri  yang setia dan taat pada Bapak Guru. Sampai detik ini masih nampak sorot mata yang penuh semangat, ketaatan, dan kesetiaan itu.

    Kami sangat salut dengan semangat juang nya demi kebenaran agama islam. Beliau tetap setia walau banyak halangan rintangan, Tetap taat meski itu berat, Dan terus semangat tanpa terhalang jumlah usia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *