Rambutnya sudah memutih.Jalannya pun tidak lagi tegap.Berbicaranyapun sudah dengan suara yang gemetar.Di tambah pendengaran yang juga sudah mulai berkurang.Semuanya sudah tidak seperti dulu.Namun Ada satu yang tidak berubah dari sosok ini yaitu cinta dan setianya pada Bapak Guru Muhamad Abdulloh Muchtar yang justru semakin menguat dan mengakar.

Ya beliau adalah Bapak Nur Syahid.Atau lengkapnya Haji Nur Syahid.Pria yang mengaku kini  berumur 90tahunan ini mengikuti Bapak guru dari tahun 1962

Mata tuanya menerawang menembus waktu,seakan mengajak kita kembali pada masa itu.Seolah masa itu begitu dekat,karena semua kenangan begitu lekat .Suka duka perjuangan amat sangat terpatri di hati .Ketika cemoohan datang silih berganti tak membuat pak NurSyahid berhenti atau malah pergi.

Saat itu pak Nursyahid bukan anak kecil lagi,tapi beliau adalh seorang pemuda ketika pertama mengenal dan mengikuti Bapak Guru Muchtar.Sehingga setiap hinaan dari masyarakat yang datang menyapa tak pernah dia lupa.Pelajaran pertama yang didapat oleh pak Nur Syahid saat iitu adalah  Quran Surat Al-MaaunTentang para pendusar Agama, tentang ibadah Sholat yang sia-sia.Sehingga pada tahun itu sudah mulai diajak untuk mearwat dan menyantuni fakir miskin dan yatim.Namun perbuatan dan ajaran baik Bapak guru ini tidak berbanding lurus dengan tanggapan masyarakt. Justru malah sebaliknya.apalagi ketika Bapak Guru mulai megajarkan untuk memberikan barang yang paling di cintai.Saat itu pak NUrsyahid amat terkenang ketika bapak guru memiliki  ikan asin dan ikan bandeng untuk di makan,maka berikanlah ikan bandeng ini pada org lain.Bukan sebaliknya malah ikan asin yang di berikan.Sehingga hinaan pada Bapak Guru  yang mengatakan seoalah-olah agama milik Pak Guru Sendiri tidak dapat di hindari.Bahkan cemooh masyarakat semakin pedas.Dengan mengatakn suatu saat kelak akan mengemis-ngemis dengan sambil membawa bathok kelapa,karena hartanya sudah habis untuk di sedekahkan semua.Dari dahulu juga banyak sekali ulama dan forum pengajian,namun tidak ada yang seperti di ajarkan oleh Bpak Guru Muchtar.Padahal Bapak Guru Muchtar hanya mengajarkan dari Alquran dan Alhadist.

Waktu terus berjalan.Hinaanpun tiada henti mulai tahun 1962.Hingga pada puncaknya pada tahun 1969 Bapak Guru Muchtar di ancam mati, di fitnah mengaku nabi hingga akhirnya masuk penjara.Justru tokoh-tokoh desa yang mempelopori fitnah dan ancaman ini. Ketika Bapak Guru di seret kepenjara semua santri yang ada di usir untuk pulang,Di larang lagi mondok di sini. Isak tangis dan jerit pilu para santri dan ibu Hj Masyrifah mengiringi Bapak Guru yang di bawa oleh pihak polisi.Para Tokoh-tokoh desa justru memanfaatkan momen tersebut untuk mengobrak-abrik tatanan dan keluhuran pondok ini.Seraya memberi ancaman kepada para santri agar tidak pernah lagi kembali kesini.Namun Pak Nursyahid tetap kembali datang walau di larang.Karena Pak nur syahid ini sudah begitu cinta dengan Bpak Guru Abdulloh Muchtar.Saking cintanya pak Nursyahid inilah yang setia menjaga Bapak Guru sebelum beliau di seret ke penjara bahkan selama di peenjarapun tetap datang unutk menjaga pondok.

Dalam perjalanan kesetiaannya ini Pak nursayhid pernah di tugaskan di Kalimantan tenagh selama 6 tahun dengan sang istri tercinta siti Juwairiyah.Tapi karena sakit akhirnya pak Nursyahis di tarik kembali ke jawa pada tahun 1990.Saat itu Bapak Guru Muchtar mengundang Pak Harmoko yang waktu itu menjabat sebagai mentri Penerangan.

Sesuatu yang mebuat pak Nursahid begitu setia dengan Bapak Guru Muchtar adalah ingin meawarisi ilmu warostatul ambiya’ yang ada pada diri Bpak Guru.KArena illmu yang sangat berharga ini maka wajar jika masyarakt banyak yang mencemooh.Nyata semakin terbukti seperti apa yang di tuliskan dalam Alquran bahwa jika kebenaran datang maka akan sangat banyak yang membencinya.

Di akhir memory yang tersibak bagai lembaran buku,Pak Nur Syahid menyampaikan pesan BApak Guru MUchtar pada beliau.Yaitu supaya tidak meninggalkan sholat malam,juga tidak meninggalkan bacaan surat Alwaqiah,ArRohman,Yasin , Almulk dan alkahfi dalam hidupnya.Walau kini mata basyar pak Nur Syahid sudah tidak mampu lagi unutk melihat Alquran,Tapi beliau tetap mengamalkan dengan hafalan sebatas yang di ingat.

Menurunnya fungsi organ tubuh yang termakan usia memang tidak bisa di hindari.Namun itu bukan halangan untuk membuktikan cinta dan setia.Begitulah seharusnya kita.Sehingga memang tidak perlu lagi di ragukan atau bahkan di pertanyakan rasa itu.Bisakah kita begitu…….?

Bismillah…..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *