Waktu terus berputar, hari terus berganti. Langkah kaki terus berjalan mengikuti arah tujuan.
Kodrat manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas pula dengan interaksi sosial. Sehingga tiada hari tanpa komunikasi dan bercengkrama dengan manusia lain. Tanpa kita sadari banyak kalimat yang keluar dari mulut kita, yang menyinggung atau bahkan menyakiti orang laian. Atau perilaku yang tanpa kita sadari telah meresahkan orang lain.
Apakah kita pernah berpikir perasaan orang lain yang tersakiti oleh perbuatan atau ucapan kita?.
Apakah kita pernah berpikir berapa banyak kesalahan yang kita perbuat kepada orang lain?.
Apakah kita pernah berpikir kesalahan kita ini sudahkah dimaafkan oleh orang lain?.
Pikiran tersebut jarang terbesit dalam benak kita. Berbuat salah sangatlah mudah, namun tak semudah mengakui kesalahan apalagi meminta maaf.
Ingin mengakui kesalahan dan meminta maaf terhalang oleh tingginya ego pribadi. Buang jauh-jauh rasa gengsi dan malu. Segera meminta maaf atau terhantui penyesalan selamanya. Karena Allah tidak akan mengampuni dosa kita kepada orang lain, hingga kita meminta maaf pada yang pernah tersakiti oleh ucapan atau perilaku kita.
Meski memaafkan tak semudah membalikkan tangan, namun yakinlah memaafkan lebih indah daripada memendam.
Lebih baik memaafkan meski tidak melupakan, daripada melupakan tapi tidak memaafkan. Ingatlah tidak ada manusia yang luput dari salah dan dosa. Yakinlah saling memaafkan menciptakan perdamaian.
Memaafkan sebelum terjadi perpecahan, mengakui kesalahan sebelum datangnya penyesalan. Sadari diri sebagai makhluk sosial tak jauh dari salah dan dosa. Mari budayakan diri pribadi untuk meminta maaf dan saling memaafkan.
(Ima)