Oleh: Basyirun Adhim
Ramadhan menyisakan waktunya beberapa hari lagi. Seumpama lomba, kita saat ini waktunya cepat mendekati garis finish.
Aji mumpung, bila kita punya rencana peramalan, segerakan jangan kelamaan. Sedekah jariyah, perbanyaklah. Mumpung nilai barokah berlimpah dicatat ibadah berlipat derajat.
Jika punya kesalahan yang ingin semuanya mendapatkan ampunan, ini momen tepat saat Allah SWT banyak menghadiahkan berkat rahmat.
Wa saari’uu ilaa maghfirah. Saabiquu ilaa maghfirah. Fafirruu. Bersegera lari menuju ampunan Tuhanmu. Gas kencang selagi pintu maghfirah terbuka lapang dan Ramadhan belum pulang.
Kita sudah kenyang pemberitaan yang mengurat hati tegang: mata berkunang, pikiran meradang, kuping terngiang kurang senang, mulut terangsang mendoakan jelek orang.
Jadi sebagai terapi, mari berlari kencang mulai mentadarusi kearifan pribadi lewat tirakat iktikaf dan iktiraf. Menantikan obat ruhiyat kemukjizatan nuzulul quran + Lailatul qadar yang sakral akbar.
Tangiskan kepada Tuhan tentang keadaan negeri kutukan yang mau kita perbaiki ini, diawali tangisan refleksi menaubati kesalahan diri sendiri.
Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minad-dhooliimiin. Robbanaa dholamnaa anfusanaa wa inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanaakuunanna minal-khoosiriin.
Bagi yang hobi kulineri, mohon kendali rem sendiri supaya bisa mengurangi nafsu party-party “berbuka mulut + berselera perut” di tepi bulan suci ini.
Pasang erat sehat safetybelt makna puasa; agar jangan terlalu kencang liar memanjakan nafsu kenyang.
Kita mau puasa edisi ini berpahala perut berkembang kencang karena klempoken berbuka kenyang ?
Atau ingin berlari kencang mendapatkan ganjaran ampunan + jiwa sesuci bayi yang dikenyangi asupan ruhani berdimensi ukhrowi ??