Oleh: World Arbitrator
Hari kemenangan sudah kita peringati dengan Idul Fitri, tetapi perjuangan agar kita menang harus di jalankan, di laksanakan sampai kita mati.
Karena makna kemenangan ada tiga, pertama bisa Taqwa, menjalankan semua perintah, meninggalkan semua larangan Allah.
Nomor dua, kemenangan ditandai dengan dimaafkannya semua dosa-dosa kita, dosa yang lalu, dosa yang akan kita lakukan.
Makna kemenangan nomor tiga yaitu ketika jiwa dan raga kita ada yang memimpin, ada yang mengarahkan, bahasa mudahnya, kita mempunyai pemimpin, mempunyai Guru hidup.
Seperti yang Allah firmankan di surat Al Fath ayat 1 sampai 2 .
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata , supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” (QS. Al Fath : 1-2)
Ayat itu memberitahukan kepada kita, arti kemenangan yang harus kita raih. Kita wajib memiliki arah, impian, memiliki standar hidup berdasarkan standar Allah, standar Al Qur’an, standar Nabi Muhammad.
Jangan sampai sampai impian, keinginan, harapan juga doa kita disetir oleh iblis setan Dajjal tapi tidak terasa. Taqwa diatur nafsu, ketika perintah cocok dengan nafsu, di amalkan, ditinggal kalau tidak cocok dan dianggap berat.
Begitu juga perkara dosa, sekarang banyak manusia tidak merasa memiliki dosa dan tidak takut melakukan dosa, kadang termasuk kita sendiri, tidak peduli tentang dosa, tidak khawatir ketika dosa belum dimaafkan. Sehingga tidak ada rasa kepingin balapan mencari ampunan.
Padahal Nabi kita, Nabi Muhammad SAW takut sekali perkara dosa, khawatir kalau wafat masih memiliki tanggungan dosa, sehingga sehari membersihkan dosa sampai 100 kali.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Standar kemenangan nomor 3 perihal pemimpin hidup, soal pimpinan ini sangat penting, tidak sedikit diantara kita yang hidupnya diatur sendiri, hidup dipimpin sendiri, dipimpin sesuai dengan nafsunya.
Ada sebagian yang tahu jikalau hidup harus memiliki Guru seperti di surat Al-Fath, tapi sayang banyak yang salah milih pemimpin.
Memilih pemimpin hanya sekedar mengikuti umumnya orang, yang viral, yang terkenal, yang enak ceramah dan suaranya, tidak dicocokkan dengan standar dan ukurannya Allah.
Lalu bagaimana caranya mencari pemimpin atau Guru yang bisa membimbing kita di jalan Shirothol Mustaqim ?.
Dicek bagaimana perilaku sehari-hari nya, sesuai dengan teladan Nabi Muhammad apa tidak. Apa yang di ceramahkan, apa sesuai dengan yang diamalkan. Apa siap hidup sederhana demi kebutuhan umat.
Guru yang di pilih Allah adalah Guru yang perhatian kepada murid dan santrinya, pemimpin yang bertanggung jawab dunia Akhirat, itu kunci yang utama.
Terakhir, mari berdoa meminta petunjuk kepada Allah, bertanya, siapa Guru atau pemimpin yang diridhoi Allah. Sehingga hidup kita dibimbing terarah selamat dunia dan sampai akhirat.