Oleh : Glory Islamic
Tak terhitung banyaknya seruan Tuhan dalam kitab suci-Nya yang menekankan pentingnya mengikuti jalan lurus arahan para Nabi. Ratusan firman yang menebar ancaman bagi manusia yang tidak mau mengikuti seruan-seruan tersebut. Iming-iming balasan berlipat berupa ampunan dan surga bagi yang mau dan mampu menapaki shirothol mustaqim, juga sudah disampaikan. Toh manusia bergeming. Ancaman tak menjadikan manusia takut dan balasan kebaikan tak membuatnya kepincut.
Tapi, tahukah sampean bahwa sebenarnya apapun respon manusia, suka tidak suka, percaya atau ingkar, berpaling atau jadi mukmin, semuanya tidak memberi dampak apapun bagi Tuhan. Andai semua manusia mengingkari kebenaran firman-Nya, tidak akan membuat Tuhan rugi. Pun seumpama segenap manusia berbondong-bondong tunduk patuh juga tidak menambah Kebesaran, Kebenaran, Kekayaan dan Kekuasaan Tuhan.
Sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu. Barangsiapa siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka dialah yang rugi. Dan aku (Muhammad) bukanlah penjaga(mu). Qs. 6:104
Terang benderang Allah lewat utusan-Nya menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak ada abu-abu atau ketidakjelasan dalam firman-Nya. Bukti-bukti kebenaran ajaran Allah juga sangat banyak tersaji, baik saat firman itu diturunkan maupun terbukti di kemudian hari. Sedemikian jernih kebenaran dan manfaat ajaran Tuhan bagi kehidupan umat manusia, toh masih ada kemungkinan respon dan tindakan yang ditunjukkan manusia.
Seperti dicatat sejarah, dan juga terulang di jaman sekarang, kebanyakan manusia tidak menyetujui kebenaran ajaran Tuhan. Manfaat yang sudah teruji bila seseorang mengimani dan mengamalkan ajaran Tuhan, dibantah dengan logika-logika dangkal serta asumsi-asumsi pikiran yang mengacu pada kenyataan dan kebutuhan ragawi. Semua bukti kebenaran agama itu tertutupi oleh pemahaman instan yang seringkali bertentangan dengan aturan Tuhan.
Sayang mereka tidak sadar, bahwa ketidaksetujuan dan keengganan manusia mengikuti ajaran Tuhan itu tidak berpengaruh apa-apa pada Tuhan. Kerugian yang akan timbul baik saat ini maupun nanti setelah mati, semua menimpa dirinya sendiri. Perlombaan harta-keengganan sedekah; intrik kekuasaan-kegemaran fitnah; fokus dunia-lupa akhirat; kebebasan pergaulan atas nama modernitas, semua itu akan berdampak pada manusia sendiri.
Sayangnya manusia menutup mata dan hati. Bahkan akhir-akhir ini, prilaku-prilaku di atas dengan dukungan media massa dan publik figur, sangat masif terjadi. Saking seringnya semua itu dipertontonkan terang-terangan, sehingga tampak menjadi sesuatu yang lumrah. Pada ujungnya nanti, sesuatu yang sangat dilarang agama itu lama-lama akan menjadi hal yang sesuatu yang memiliki nilai kebenaran, karena dilakukan oleh banyak orang. Sebaliknya agama yang melarang hal itu akan dianggap kolot, ekstrim, dan tidak modern.
Nah saat manusia mempertotonkan pembangkangan pikiran dan prilaku itu secara terang-terangan, sebenarnya manusia sedang menantang Tuhan. Seolah-olah manusia sedang berkata: “Nih, aku melanggar perintah-Mu, emang kenapa?”. Manusia lupa, bahwa apapun yang dilakukan manusia, dampaknya untuk dirinya sendiri. Kehidupan hedon dan liberal yang anti norma telah membuat tatanan sosial begitu rapuh. Konsumerisme dan hura-hura yang rakus sumberdaya alam telah menimbulkan bencana-bencana besar, dan diprediksi akan lebih besar lagi di masa mendatang.
Bersyukurnya, di tengah kecenderungan mayoritas yang demikian memprihatinkan, masih tersisa beberapa gelintir hamba Allah yang berani memilih untuk mempercayai firman-Nya dan membuka mata hatinya pada kebenaran. Kemampuan yang Allah berikan untuk melihat bukti kebenaran ajaran Tuhan, membuat mereka begitu patuh pada setiap butir aturan-Nya, meskipun untuk itu mereka harus berseberangan dengan mainstream, merek ikhlas dan rela.
Dari ketaatan yang mereka berikan, Allah-pun tidak mendapatkan pengaruh apa-apa. Keberuntungan, manfaat dan kebaikan yang ada juga kembali kepada mereka yang memilih untuk taat tersebut. Tuhan benar-benar hanya memberi pilihan kepada hamba-Nya untuk taat atau tidak taat. Tuhan juga secara adil telah memberikan clue atau petunjuk berupa bukti-bukti kebenaran firman-Nya. Kemudian semuanya kembali kepada manusia; membua mata hati, mengimani dan mengikuti kebenaran tersebut yang berimbas kebaikan untuk dirinya ataukah menutup telinga, mata dan hati serta berpaling dari kebenaran yang dampak buruknya juga akan menimpa dirinya sendiri.
Dulurku, Tuhan tidak butuh apa-apa dari ciptaan-Nya. Kita manusialah yang membutuhkan-Nya. Mari berpikir arif, berkata latif dan berprilaku hanif. Lihatlah fenomena sekeliling sampean, bukalah mata lebar-lebar. Telitilah dampak dari tiap prilaku, faham dan kecenderungan yang terpampang di media massa maupun keseharian. Jujurlah pada diri sendiri. Saring dengan ajaran Tuhan. Jangan malu dan ragu untuk lebih memilih kebenaran Tuhan meski perih, sakit dan berbeda. Insya Allah, kebenaran ajaran Tuhan memberikan lebih secara hakiki untuk kita sekarang maupun di akhirat nanti. Bismillah.