Oleh: World Arbitrator Muchtar
“Ketika harta, manusia, tahta, kecerdasan, gelar, usia dan obat tidak lagi bisa membantu dan menolong, disitulah tiada tembok dan tabir lagi…. Allah…. Allah…. Allah…”….
Mendekatkan diri kepada Allah, mengenal Allah secara mendekat dan mendasar, dengan perasaan bahagia dan cinta. Sebuah impian dan tujuan manusia hidup.
Allah memberikan jalan melalui Ibadah, cara bagaimana agar tujuan dan harapan manusia bisa terwujud. Banyak cara dan metode, Sholat, puasa, berbuat kebaikan dan perintah baik lainnya.
Setiap sesuatu ada bumbu -bumbu hikmah dan manfaat, tergantung kita meramu, menjadi masakan manfaat atau justru menjadi ramuan membahayakan.
Dua Ahad sudah, tiga ahad berjalan, Allah memberi media baru belajar Ibadah, “ibadah cluster sindrom”.
Nama satu diantara penyakit, sakit kambuhan disalah satu bagain kepala, yang belum tentu datang sambang setahun sekali, pertama kali bertamu 2017 lalu. Dan pada tahun ini yang ke empat kalinya.
Wuihh… benar-benar sakitnya nya disini. Datang menyerang perlahan, hari pertama tidak begitu, mulai hari ketiga ke empat, level sakitnya meningkat setiap harinya. Bukan vertigo, tapi cluster sindrom begitu kata dokter spesialis syaraf kepala.
Saat di pijit, minum air hangat tidak meringankan, miring kanan kiri, duduk, berdiri nyerinya tidak juga menurun. Hal terakhir adalah rebahan, terlenteng tanang dan “Allah…”, “Allah…”, “Allah…”,
Hati leleh, pasrah, ketika sekat dunia sudah terbuka, jarak dipangakas, tabir penghalang tak lagi mampu menghadang, hati pasrah dan berhadapan langsung kepada Allah.
Sakit menjadi luruh oleh energi ilahi, penderitaan sirna oleh asma-asma yang mengambarkan kebesaranNya, sifat cinta kasihNya, kesucian dan kebesaranNya.
Ibadah Cluster Sindrom, membuka cakrawala nirwana, dimana manusia bisa bertemu Tuhannya.
Jika baju, medsos, uang, kendaraan rumah masih menempel di dinding hati.
Jika anak, istri, suami keluarga dan teman menjadi bunga dunia.
Jika kebun, pabrik dan properti adalah mimpi yang selalu tumbuh dihati.
Jangankan diluar sholat, bahkan dalam sholat pun hati tidak bisa menembus dan mendapat izin bertemu dengan Nya.
Sakit datang sebagai bagian dari pelengkap pelajaran ibadah. Yakini, hanya Allah yang mampu menolong, meringankan dan memberi kemudahan setiap permasalahan dunia, apalagi di Alhirat.
Jadikan sakit sebagai media belajar untuk melepasakan paku-paku dunia dan perniknya, yang menancap padi jantung hati kita, ihlaskan sakit menjadi pengempur tembok penghalang cinta hamba pada Tuhannya.