Oleh: Arbitrator Muchtar.
Mendapat legalitas akses masuk ke ruang paling privat di dunia dari seorang manusia, hati. Dimana hanya dua, Allah dan Manusia itu sendiri yang tau andai setan tidak diperbolehkan.
Selain itu mereka juga pengalaman dan jam terbangnya cukup tinggi. Pengalaman akan ragam dan jenis manusia yang mereka hadapi, mulai nabi sampai manusia biasa. Jam terbang karena kekalnya usia.
Diantara keberhasilan kerja setan adalah banyaknya manusia yang tidak selamat, bukan separuh atau seperempatnya, dawuh Nabi Muhammad, perbandingannya adalah: “bagaikan satu bulu putih diantara sapi berwarna hitam.”
Sangat logika, mengingat cara kerja mereka dan dengan kelengkapan sumberdaya. Mereka ahli strategi, jago skenario, dan memiliki banyak rencana cadangan.
Jenis pasukan yang mereka miliki juga wajib kita ketahui, sadari, dan waspadai. Selain dari bangsa mereka sendiri, manusia sering kali dikontrak dan dikaryakan menjadi bagian dari pasukannya, tapi sering tidak sadar. “Minal jinnati wannas.”
Prolog diatas setidaknya bisa sebagai tambahan informasi membangun pondasi diri dalam membangun jalan sirotol mustaqim, jalan lurus seperti jalan orang mendapat kenikmatan, kenikmatan menang melawan musuh ghoib setan.
Apa yang kita yakini benar, kadang belum tentu benar. Cocokkan dengan kitab hidup,konsultasikan, tanyakan kepada saudara dan guru yang sedik paningale, pribadi yang mengetahui dimana “setan bersembunyi.”
Setan mengetahui apa rencana kita, sehingga mereka menyiapkan langkah penghadang, strategi penghalang jalan lurus. Ingat, kadang rencana yang muncul juga usulan setan.
Andai rencana awal mereka gagal, secara otomatis skenario kedua, ketiga sampai keseribu menunggu untuk di “on”kan.
Pelaku, barang bukti, naskah disiapkan, ada yang dihilangkan. Pelaku ini seringkali adalah teman dan anggota terdekat kita sendiri, kalau istilah Bapak Guru Muchtar “Musuh Dalam Selimut.”
Ketika ada berita akan kejahatan seseorang, dan kejahatannya dilakukan dengan skema yang rapi, penuh intrik, dan strategi, cantik permainannya, mari kita bantu do’a, agar sadar kesalahannya, tobat, dan siap menerima hukuman dunia, terhindar siksa neraka.
Karena manusia apes, lemah, andai itu terjadi kepada kita, secara logika sepert “anak kecil terjebur sumur, maknanya ada yang menolong, bukan dilempari batu.”
Dulur, ego kita seringkali justru menyulitkan menjalani kehidupan benar, tidak hanya kepada kita tetapi juga anak, dan keluarga kita.
Kudu saling menyadari kekurangan, menurunkan standar hidup, belajar siap diremehkan, haus masukan dan rukun saling menguatkan. Jika tidak, mustahil kita bisa menangan.
Setan kaya langkah, ahli strategi, jago skenario, tetap akan kalah dan sirna oleh kebenaran Allah. Jika kita ingin menang, maka mendekat kepada Allah untuk memohon perlindungan, baik sebagai saksi pembela maupun korban.