CNN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan radiasi gamma berbasis Skandium-46 (Sc-46) yang memiliki banyak manfaat.
Radiasi gamma erat hubungannya dengan film-film superhero, salah satunya Hulk. Namun apa yang dikembangkan BRIN tidak ada kaitannya dengan kisah manusia super semacam itu. Radiasi ini diciptakan untuk menghindari kerusakan pada peralatan yang akan mengganggu proses produksi.
Dilansir dari NASA, sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang yang paling kecil. Namun, memiliki energi paling besar.
Sinar ini diproduksi oleh objek panas dan berenergi besar seperti bintang neutron dan pulsar, ledakan supernova, dan wilayah di sekitar lubang hitam.
Di Bumi, sinar gamma dihasilkan dari ledakan nuklir, petir, atau aktivitas ringan dari peluruhan bahan radioaktif.
BRIN sendiri mengembangkan radiasi Gamma menggunakan skandium-46 untuk menggantikan kobalt-60 (Co-60) yang sebelumnya digunakan.
Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka dan Biodosimetri (PRTRRB) – Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) – BRIN, Duyeh Setiawan mengatakan, radiasi kobalt-60 dimanfaatkan untuk menghasilkan sinar gamma. Namun karena reaktor nuklir Indonesia tidak dapat memproduksi CO-60 maka untuk mendapatkannya harus impor dengan harga mahal.
Maka dari itu, Duyeh menyebut fungsi CO-60 ini digantikan sumber radiasi gamma lainnya dari radioisotop Sc-46.
Radiasi sinar gamma yang dikembangkan BRIN ini disebut dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi pelaku industri. Pelaku industri dapat memanfaatkan teknologi deteksi yang disebut gamma scanning untuk mendeteksi kondisi alat produksi tanpa mengganggu operasionalnya.
Deteksi gamma scanning sering disebut sebagai uji tak merusak, karena deteksi ini dapat dilakukan tanpa harus membongkar atau merusak peralatan yang diduga memiliki kerusakan. Bahkan teknologi deteksi ini dapat digunakan tanpa menghentikan proses produksi yang sedang berlangsung.
Sebagai informasi, Indonesia saat ini memiliki tiga reaktor riset, yakni Triga Mark 2000 di Bandung, Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy di Serpong, serta reaktor Kartini di Yogyakarta. Dengan memberdayakan reaktor riset tersebut maka sumber radiasi dari radioisotop Sc-46 disebut lebih terjangkau dan limbahnya dapat digunakan kembali melalui proses radiasi ulang.
Dengan adanya dukungan dari ketiga fasilitas tersebut, PRTRRB melakukan pengembangan sumber radioaktif tertutup untuk menguji keandalan skandium-46.
“Pengembangan ini meliputi pembuatan desain sumber radiasi Sc-46 melalui teknik aktivasi netron di Reaktor Triga 2000 Bandung, sebagai upaya untuk menguji keandalan sumber Sc-46 dalam deteksi kerusakan peralatan di industri, terutama pada kolom distilasi atau penyulingan,” jelas Duyeh dalam laman resmi BRIN.
Merinci keterangannya, Duyeh menjelaskan scanning kolom distilisai atau penyulingan bejana dapat dilakukan menggunakan radioisotop gamma bersegel (sealed) tertutup dan detektor radiasi.
“Profil kepadatan relatif dari isi kolom akan diperoleh yaitu area yang mengandung bahan dengan kepadatan yang relatif tinggi, seperti cairan dan/atau logam, memberikan intensitas radiasi yang relatif rendah, sedangkan area dengan kepadatan yang relatif rendah, seperti ruang uap di antara baki, menghasilkan tingkat intensitas radiasi yang tinggi,” imbuhnya.
Dari proses tersebut akan didapatkan informasi signifikan terkait kondisi bejana yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi malfungsi atau kerusakan dalam kolom distilasi.
“Karena prosesnya tidak melibatkan kotak langsung dengan bagian dalam bejana, proses ini juga menghindari kemungkinan korosi, suhu atau masalah tekanan,” terang Duyeh.