Oleh ; Glory Islamic
Islam memiliki makna serah diri, tunduk patuh. Agama Islam berasal dari bahasa arab yang bermakna serah diri tunduk patuh. Agama dari bahasa sangsekerta yang berarti A = tidak, Gama = kocar-kacir. Agama berarti tidak kocar-kacir, teratur, aturan. Maka agama Islam adalah sebuah aturan hidup yang mengharuskan untuk serah diri tunduk patuh pada Tuhannya atau Allah SWT. Aturan Allah berupa firmanNYa yang itu tertuang dalam Alqur’an dan berupa praktek hidup utusanNya yang tertuang dalam Al Hadist.
Kita tahu banyak sekali umat Islam Indonesia yang menjadi muslim karena faktor keturunan atau terlahir sebagai muslim. Fakta itu membuat siapapun bisa mengaku menjadi muslim asalkan kolom agama dalam KTP-nya tertulis Islam. Tidak perduli apakah orang itu menjadikan Islam sebagai aturan hidupnya atau tidak. Bahkan mungkin banyak yang terlahir Islam tapi sahadatpun tidak pernah terucapkan.
Urgensi dari praktek sebuah ajaran agama inilah yang mungkin coba dipotret oleh sebuah survey yang dilakukan sebuah lembaga penelitian manca negara. Seperti diberitakan surat kabar online nasional beberapa hari lalu, bahwa lembaga tersebut mencoba melihat sejauh mana sebuah negara masuk dalam kategori islami atau tidak islami. Pertanyaan kunci adalah sejauh mana ajaran Islam menjiwai dan dipraktekkan dalam sistem hukum maupun praktek keseharian warga negara tersebut.
Dengan pertanyaan kunci tersebut tahukah kita dimana posisi Negara tercinta kita ini dibanding Negara lain?. Ya, ternyata Indonesia berada di posisi 136 dari negara-negara berpenduduk mayoritas Islam. Tahukah kita negara manakah yang paling Islami menurut survei ini?. Dialah Canada. Negara yang berpopulasi Islam kurang dari 1%.
Kita tidak perlu marah, tidak perlu protes dengan hasil survei tersebut. Justru itu kita harus obyektif untuk berterimakasih telah diingatkan bahwa ternyata standar kehidupan kita belum sepenuhnya mencirikan budaya Islam. Variabel dari survey itu adalah variabel valid –menurut standar mereka– untuk mengukur seberapa islami satu individu atau sebuah komunitas.
Kata kunci dari Islam adalah kepatuhan. Kepatuhan terhadap aturan, kesadaran atau keikhlasan mentaati hokum positif yang berlaku. Kesadaran itu biasanya lahir dari sebuah pemahaman yang dewasa dan mendalam bahwa aturan yang diikuti, bahwa aturan yang dibuat dan dipatuhi bersama akan membawa kebaikan. Setiap individu memiliki kesadaran subjektif untuk mematuhi aturan ada atau tidak ada paksaan, ada atau tidak ada penjaga aturan. Praktek subjektif yang dilakukan bersama-sama akan melahirkan praktek kolektif sebuah komunitas. Itulah objektifitas.
Indonesia secara kuantitatif memang Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Harusnya Indonesiav lah Negara yang paling Islami. Namun karena ajaran Islam tidak difahami secara baik dan mendalam oleh sebagian besar umat muslim maka praktik kehidupan Islami pun menjadi sesuatu yang belum biasa.
Canada Negara dengan populasi muslim kurang dari 1%, harusnya peringkatnya jauh di bawah Indonesia dalam praktek kehidupan Islami. Tapi karena warga Negara dan mungkin pemerintahan Canada lebih memahami makna Islam secara substantif. Maka sistem dan perilaku kehidupan mereka dipercaya lebih Islami. Dimana Islam juga bermakna keselamatan atau kesejahteraan. Pemerintah dan masyarakat Canada meski tidak mengenal Al Quran tahu bahwa untuk mencapai kesejahteran dan keselamatan yang baik harus dilalui dengan tingkat kedisiplinan, tingkat kepatuhan dan tingkat kesadaran terhadap aturan yang tinggi pula.
Islam bukanlah sebuah prasasti mati. Bukan pula sekedar ikrar tanpa bukti. Islam juga bukan hanya tulisan KTP yang tidak berarti. Islam adalah sebuah aturan hidup yang bertujuan membawa kesejahteraan dan keselamatan hakiki. Islam menuntut siapaun yang mengakuinya sebagai agama untuk menunjukkan bukti, bukti kepatuhan dan keserah-dirian terhadap aturan Ilahi. Dan kita tahu aturan Allah senantiasa memiliki komponen utama tentang kesejahteraan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Dua kata terakhir bisa menjadi modal untuk kita bisa lebih baik dari Kanada. Variabel islami yang dipraktikkan negara non muslim mungkin lebih banyak berkisar pada ukuran dunia. Tapi perlu diingat bahwa Islam lebih dari sekedar perkara dunia. Bahwa kesejahteraan dan keselamatan yang dituju dalam ajaran Islam adalah kesejahteraan dan keselamatan dunia akhirat. Tujuan yang lebih besar dan lebih agung tentu membutuhkan pemahaman, kesadaran, usaha dan kepatuhan yang lebih tinggi kualitasnya.
Belum terlambat untuk ketertinggalan tersebut. Tidak harus menunggu menjadi ajaran Islam menjadi hukum formal dan positif. Tidak perlu juga mengarahkan jari telunjuk pada pihak lain. Tidak juga sesuatu yang muluk-muluk untuk meningkatkan ranking keislaman kita. Cukup dengan menggerakkan pribadi-pribadi mulai dari masing-masing diri, keluarga atau orang terdekat kemudian komunitas. Mulai dari hal yang paling sederhana, pengelolaan sampah, kejujuran mu’amalah, membuang sifat serakah, menggalakkan sedekah serta pembudayaan sifat amanah ketika dipercaya untuk memerintah. Insya Allah kita bisa. Bismillah.