CNN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di tata surya, sehingga menjadi elemen yang sangat penting. Namun berapakah sisa umur bintang ini?
Dilansir dari Space, para astronom memperkirakan Matahari memiliki sisa umur sekitar 7 miliar hingga 8 miliar tahun tersisa sebelum akhirnya mati. Dalam rentang waktu tersebut, peradaban umat manusia mungkin sudah lama hilang.
Saat ini Matahari sendiri berumur 4,5 miliar tahun. Para peneliti menyebut penghitungan umur Matahari dilakukan dengan menghitung umur tata surya, karena Matahari lahir bersamaan dengan tata surya.
Metode penghitungan sendiri dilakukan dengan mencari objek antariksa paling tua di tata surya. Salah satu objek yang biasanya memberikan petunjuk adalah batu Bulan, seperti dikutip dari situs NASA.
Ketika astronaut membawa batu Bulan ke Bumi, para peneliti dapat menghitung umur batu tersebut.
Lebih lanjut, Matahari kita terbentuk ketika awan gas sangat besar yang kebanyakan berisi hidrogen dan helium tumbuh begitu besar sehingga runtuh karena beratnya sendiri. Tekanan yang ada di pusat massa gas sangat tinggi sehingga panasnya mencapai tingkat yang tak terbayangkan. Kemudian dengan suhu yang begitu panas tersebut, atom hidrogen kehilangan elektronnya.
Atom-atom hidrogen itu kemudian menyatu menjadi atom helium, dan reaksi itu melepaskan energi yang cukup untuk melawan tekanan kuat gravitasi yang meruntuhkan awan gas.
Lalu, pertempuran antara gravitasi dan energi dari reaksi fusi memicu lahirnya Matahari.
Hidrogen yang berperan penting dalam proses tersebut diperkirakan akan habis pada 5 miliar tahun mendatang. Setelah semua hidrogen habis, Matahari akan keluar dari fase stabil yang terjadi saat ini.
Dengan tidak adanya hidrogen yang tersisa untuk proses peleburan di inti, proses fusi hidrogen akan terjadi di sekitar inti yang diisi helium. Dalam fase ini, gaya gravitasi kemudian akan mengambil alih, menekan inti dan membuat bagian luar Matahari mengembang.
Selanjutnya Matahari akan tumbuh menjadi lebih besar dari yang dapat dibayangkan. Saking besarnya, bintang ini akan menyelimuti planet-planet dalam, termasuk Bumi.
Fase ini disebut sebagai fase raksasa merah, yang akan tetap ada selama sekitar satu miliar tahun. Pada fase raksasa merah, hidrogen di inti luar itu akan habis dan menyisakan banyak helium.
Proses fusi di Matahari kemudian akan menjadi lebih sulit dan menggunakan beberapa unsur, termasuk oksigen dan karbon. Reaksi fusi yang dihasilkan unsur ini menghabiskan banyak materi, tetapi tidak menghasilkan banyak energi.
Setelah semua helium menghilang, gaya gravitasi akan mengambil alih, dan Matahari akan menyusut menjadi katai putih. Lalu semua materi luar akan menghilang dan meninggalkan nebula planet.
“Ketika sebuah bintang mati, ia mengeluarkan massa gas dan debu – yang dikenal sebagai selubungnya – ke luar angkasa. Selubung itu bisa mencapai setengah massa bintang,” kata Albert Zijlstra, astronom dari Universitas Manchester di Inggris, seperti dikutip dari situs University of Manchester.
“Ini mengungkapkan inti bintang, yang pada titik ini di kehidupan bintang kehabisan bahan bakar, lalu padam dan akhirnya mati,” tambahnya.