CNN. Pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, PLTN Zaporizhzhia, terbakar akibat gempuran tak henti Rusia di Kota Enerhodar, Ukraina, pada hari ini, Jumat (4/3).
Wali Kota Enerhodar, Dmytro Orlov, mengatakan bahwa kebakaran terjadi usai pertarungan sengit antara pasukan Rusia dan Ukraina di dekat PLTN Zaporizhzhia.
“Akibat bombardir tak henti musuh terhadap gedung-gedung dan unit-unit di pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, PLTN Zaporizhzhia terbakar,” ujar Orlov, sebagaimana dikutip Reuters.
Orlov menegaskan bahwa serangan tak henti Rusia ini merupakan ancaman bagi keamanan dunia, apalagi gempuran terjadi di dekat situs PLTN.
Pihak berwenang Ukraina memang melaporkan bahwa Rusia terus meningkatkan upaya untuk merebut PLTN tersebut. Tank-tank Rusia dilaporkan menggilas jalanan di sekitar PLTN, tapi dihalangi warga sekitar.
Ratusan warga Ukraina dilaporkan memblokade jalan besar menuju PLTN Zaporizhzhia. Sejumlah video di media sosial memperlihatkan warga berkerumun sembari mengibarkan bendera Ukraina.
Selain memasang badan, warga Ukraina juga memarkir truk-truk sampah di sepanjang jalan agar tentara Rusia tak dapat bergerak mendekat ke PLTN tersebut.
“Kami menegaskan posisi kami bahwa PLTN Zaporizhzhia di bawah perlindungan ketat, bahwa warga dan para pekerja Enerhodar berada di bawah bendera Ukraina,” ucap Orlov, seperti dilansir CNN.
Sementara itu, Ukraina sudah meminta bantuan IAEA untuk membantu menjaga PLTN di negaranya setelah Rusia mengklaim berhasil menguasai situs-situs tersebut.
IAEA mengonfirmasi bahwa mereka mendapatkan permintaan dari Ukraina “untuk menyediakan bantuan segera untuk mengoordinasikan kegiatan terkait keamanan Chernobyl dan fasilitas nuklir lainnya.”
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi, mengatakan kepada CNN, permintaan itu datang setelah Rusia memberikan notifikasi kepada badan tersebut.
Dalam notifikasi itu, Rusia mengabarkan bahwa pasukan mereka sudah mengambil alih kendali dua kawasan PLTN Ukraina, yaitu Zaporizhzhia dan Chernobyl.
Menurut Grossi, Rusia memberi tahu IAEA bahwa personel mereka “terus menjaga keamanan nuklir dan memantau radiasi dalam operasi normal. Tingkat radiasi juga dalam keadaan normal.”
Namun, pihak Ukraina menegaskan bahwa mereka masih memegang kendali penuh atas semua PLTN di negara pecahan Uni Soviet tersebut.