Portalangit – Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2022 sebabkan beberapa rumah di Desa Kajar Kuning terendam APG (awan panas guguran).
Untuk saat ini Desa Kajar Kuning termasuk wilayah yang terparah terkena dampak APG dari Erupsi Gunung Semeru.
Rumah-rumah terendam APG mulai dari ketebalan 1 meter hingga hanya terlihat atap gentengnya, kondisi desa gelap karena tertutup debu.
Untuk saat ini para warga sudah lebih sigap untuk melakukan proses evakuasi secara mandiri setelah melihat perkembangan situasi Gunung Semeru.
Apalagi para petugas dan perangkat desa juga selalu memberikan informasi secara berkala baik secara langsung maupun grup whatsapp warga, sehingga tidak menimbulkan korban.
Situasi ini menarik perhatian Bupati Lumajang Thoriqul Haq untuk melihat secara langsung kondisi dilapangan dan memastikan warga masyarakat dalam kondisi aman.
Berdasarkan pengamatan Cak Thoriq (sapaan akrapnya) Dusun Kajar Kuning l tertutup material debu APG hingga tiga meter. Dan juga ada beberapa rumah sudah tidak terlihat sama sekali.
“Bahkan dua jembatan di Dusun Kajar Kuning yang beberapa waktu diresmikan juga turut tertimbun material,” tandasnya.
Semata itu Susanti salah satu warga Desa Sumberwuluh Lumajang menyatakan kepada Portalangit melalui whatsapp pribadi mengatakan.
Pada tanggal 5 Desember 2022 jam 11.13 WIB APG dari Gunung Semeru masih berlangsung, sedangkan jarak luncur bisa diamati karena cuaca berkabut.
“Assalamu’alaikum Mas, maaf cuma informasi saja. Info dari warga yang sudah melihat kondisi Kajar Kuning kalau ada apa-apa. Misalnya banjir tidak boleh lari kearah Candipuro, cukup lari kearah Pabrik Nankai,” tulis Susanti
“Karna prediksi mengarah ke Penanggal, Sumberejo, Candipuro dan daerah Kampung Renteng. Sedangkan Kebondeli kayaknya tidak ada harapan lagi. Itu info yang saya dapat sementara ini,” lanjutnya.
Sedangkan BMKG pada Minggu 4 Desember 2022 telah menetapkan status Gunung Semeru naik menjadi level IV Awas yang sebelumnya di level III Siaga.
Dengan meningkatnya level IV Awas status Gunung Semeru, masyarakat tidak melakukan aktivitas delapan kilometer dari puncak.
Khusus wilayah yang tinggal di sektor tenggara yaitu Besuk Kobokan dan Kali Lanang untuk tidak melakukan aktivitas sejauh 19 km dari puncak. ***