CNN. Setidaknya 14 orang tewas dan puluhan lainnya hilang usai kapal yang mengangkut 90 pengungsi Rohingya tenggelam di Myanmar akhir pekan lalu.
Menurut laporan Radio Free Asia yang dikutip Reuters, 20 orang yang selamat langsung ditahan pihak berwenang wilayah Ayeyarwady, Myanmar.
Menurut keterangan salah satu korban yang selamat, kapal itu berangkat dari negara bagian Rakhine menuju Malaysia pada 19 Mei lalu. Namun dalam perjalanan, mereka mengalami sejumlah masalah.
Malaysia menjadi salah satu tujuan warga Rohingya karena negara ini dianggap punya rasa simpati terhadap pengungsi meskipun status mereka tak diakui secara resmi.
Menurut catatan UNHCR, terdapat 630 pengungsi Rohingya yang mencoba menyeberang Teluk Benggala pada Januari hingga Mei 2022. Mereka juga melaporkan jumlah pengungsi Rohingya yang menyeberang naik hingga 60 persen.
“Tragedi terbaru menunjukkan sekali lagi rasa putus asa etnis Rohingya di Myanmar dan di wilayah lain,” demikian pernyataan resmi Komisioner Tinggi urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), seperti dikutip AFP.
Sejauh ini, juru bicara junta Myanmar tak memberi tanggapan usai dimintai komentar soal kapal tenggelam tersebut.
Banyak Rohingya meninggalkan Myanmar karena mengalami persekusi di negara mayoritas Buddha itu. Sejauh ini, tercatat 600 ribu warga Rohingya sudah angkat kaki dari Myanmar.
UNHCR memperkirakan 148 ribu warga Rohingya mengungsi, dan banyak dari mereka hidup di kamp. Pada 2017 lalu, tercatat 730 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari tindakan keras militer.
Menurut penyelidikan PBB, Myanmar melakukan pemerkosaan dan genosida terhadap Rohingya. Namun, pemerintah Myanmar membantah tuduhan itu.