CNN – Sejumlah kalangan mempertanyakan kebenaran tentang kemungkinan menghidupkan kembali dinosaurus melalui jejak DNA, seperti gambaran dalam novel Michael Crichton yang diadaptasi menjadi film yang disutradarai Steven Spielberg, Jurassic Park.

Di dalam novel dan film itu, para ilmuwan menggunakan DNA yang diambil dari serangga nyamuk yang mengisap darah dinosaurus yang kemudian menjadi fosil akibat tertutup cairan tubuh dinosaurus dan getah tanaman. Darah itu kemudian dipakai dan digandakan buat menciptakan ulang berbagai spesies dinosaurus, mulai dari Triceratops, Velociraptor, dan Tyrannosaurus Rex (T Rex).

Profesor Emeritus Paleontologi di Universitas Negeri Ohio, Amerika Serikat, William Ausich, mengatakan menciptakan ulang dinosaurus dari DNA merupakan hal yang lebih mudah dibayangkan ketimbang dilakukan.

Menurut Ausich, fosil dinosaurus adalah satu-satunya yang tersisa dari hewan prasejarah itu. Namun, menurutnya, para ilmuwan sulit bisa menemukan DNA dinosaurus.

Apalagi berdasarkan studi terbaru, kondisi DNA akan memburuk dan hancur dalam jangka waktu tujuh juta tahun setelah mahkluk hidup itu mati.

Sehingga, dengan teknologi yang ada saat ini, menurutnya sulit untuk menciptakan ulang dinosaurus dari DNA mereka. Sebab, dinosaurus terakhir sudah mati 65 juta tahun lalu.

“Dinosaurus terakhir mati pada akhir periode Cretaceous, itu lebih dari 65 juta tahun yang lalu,” kata Ausich seperti dikutip dari earthsky.org.

Ia melanjutkan, jika para ilmuwan mampu menemukan potongan-potongan dinosaurus, dia meyakini mereka juga tidak akan mampu membuat dinosaurus yang utuh.

Sebaliknya, menurutnya, para ilmuwan harus menggabungkan fragmen dengan DNA hewan modern untuk menciptakan organisme hidup.

“Namun, organisme ini tidak akan menjadi dinosaurus yang lengkap atau sebenarnya melainkan hibrida dari dinosaurus dan burung atau reptil,” kata Ausich.

Belakangan, para ilmuwan menemukan fragmen DNA dalam fosil manusia purba Neanderthal dan mamalia purba lainnya, seperti mammoth berbulu.

Namun, fragmen-fragmen itu berumur kurang dari 2 juta tahun, sehingga DNA mereka belum hancur dan masih bisa diteliti, seperti dikutip dari The Converation.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *