CNN. Perusahaan asal Australia, Neumann Space, tengah berupaya mendaur ulang sampah antariksa untuk kemudian dijadikan sebagai bahan bakar roket.
Mengutip WOIN, apa yang dilakukan Neumann Space menjadi salah satu dari upaya organisasi antariksa internasional untuk mendaur ulang sampah antariksa yang berbahaya.
Sebagaimana diketahui, kini orbit Bumi kian tersumbat oleh puing-puing pesawat ruang angkasa. Hal ini menimbulkan ancaman bagi satelit komunikasi dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Belum lagi upaya sejumlah negara di Bumi yang mengirimkan puing-puing tersebut terbang ke luar angkasa. Misalnya saja Rusia yang menembakkan rudal dan menghancurkan salah satu satelitnya sendiri.
Skenario terburuk dari kondisi tersebut adalah tabrakan beruntun antara sampah antariksa yang bisa berujung pada orbit yang tak lagi bisa digunakan. Situasi ini dikenal dengan istilah ‘efek Kessler’.
Neumann Space sendiri telah mengembangkan ‘sistem propulsi listrik di luar angkasa’ yang dapat digunakan di orbit rendah Bumi untuk memperluas misi pesawat luar angkasa, memindahkan satelit, atau mengorbitnya.
Kini, Neumann tengah mengerjakan rencana dengan tiga perusahaan lain untuk mengubah sampah luar angkasa menjadi bahan bakar untuk sistem propulsi tersebut. Kedua perusahaan itu adalah Nanorocks dan Cislunar di Amerika Serikat (AS).
Nanorock mengerjakan rencana penggunaan robot untuk menyimpan dan memotong puing-puing saat masih berada di orbit. Sementara Cislunar mengembangkan pengecoran luar angkasa untuk melelehkan puing-puing menjadi batang logam.
Batang logam itu-lah yang nantinya bakal dijadikan sebagai bahan bakar sistem propulsi yang tengah digarap Neumann.
Chief Executive Officer Neumann Space, Herve Astier mengaku bahwa apa yang dilakukannya bersama dengan pihak lain tak semudah yang dibayangkan. Dia bahkan menyebut proyek tersebut sebagai sebuah ‘rencana futuristik’.
“Tapi kami mendapat dana hibah dari NASA, jadi kami membangun prototipe dan berhasil,” ujar Astier, mengutip The Guardian.
“Satu pihak dapat mengambil puing-puing, pihak lain bekerja memotong puing, pihak lain dapat melelehkan puing, dan kita [Neumann Space] akan menggunakannya,” jelas Astier menjelaskan konsep kerja samanya bersama dua perusahaan lain.
Saat masalah sampah antariksa semakin memburuk, organisasi di seluruh dunia ramai-ramai mencari solusi.
Sabes Astronautics dari Australia, misalnya, yang kini tengah mengembangkan layar tarik, yang akan diluncurkan dari pesawat luar angkasa di akhir masa pakainya dan menyeretnya keluar dari orbit.
Sementara Sydney’s Electro Optic Systems, bekerja sama dengan University of Canberra, telah mengembangkan teknologi laser yang dapat mendorong sampah menjauh dari potensi tabrakan atau menuju atmosfer.
Astier mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan sifatnya masih futuristik. Namun, tak menutup kemungkinan rencana-rencana tersebut akan berjalan dengan lancar.
“Jika Anda dapat menangkapnya dan menggunakannya [sampah antariksa] kembali, itu masuk akal dari perspektif bisnis, karena Anda tidak mengirimkannya ke sana,” ujar Astier.