Berjarak sekitar 3km dari Desa Turi. Sepeda kayuh yang sederhana menjadi kendaraan yang setia mengantar Pak H Qomari untuk ikut ngaji di Desa Turi. Setia berangkat bersama kawan-kawanny dari Desa Bambang. Ngangsu kaweruh pada Bapak Guru Muchtar.
Awalnya hanya sekedar iku-ikutan saja. Karena Pak Qomari merasa tidak berpengalaman dan tidak mengerti hukum. Tidak seperti teman-temannya. Yaitu Pak Munawwar dan Pak Mas’ud, dua orang sahabat yang diikuti Pak Qomari untuk mengaji. Mereka dikenal lebih berpengalaman. Saat itu tahun 1966 pertama Pak Qomari mengenal Bapak Guru. Sekalipun hanya ikut-ikutan tapi Pak Qomari tidak sekedar datang sekali lalu pergi. Hari-hari berikutnya tetap setia mendatangi .
Masih lekat dalam ingatan Pak Qomari, bahwa Bapak Guru Muchtar pertama masuk Desa Bambang justru karena undangan dari salah satu ormas yang berkembang di desa tersebut. Dalam pengajian yang disampaikan Bapak Guru di masjid desa , ternyata tidak banyak disuka oleh masyarakat. Bapak Guru diangap merubah hukum yang sudah ada. Hingga akhrnya masyarakat memandang Pak Guru Muchtar sebagai pembawa ajaran yang aneh dan sesat. Pantang menyerah dalam berdakwah di Desa Bambang, akhirnya Bapak Guru pindah di sebuah musholla kecil milik Bapak H Rodli. Disebelah utara desa. Tidak lama kemudian akhirnya pindah lagi ke rumah Pak Munawwar. Dan dimanapun bertempat rupanya Pak Qomari selalu datang dengan tepat.
Pun ketika peristiwa tahun 1969, Saat Bapak Guru dibawa ke penjara, Pak Qomari adalah saksi bagaimana Bapak Guru difitnah oleh tokoh-tokoh masyarakt sekitar. Walau setelah itu semua santri dipulangkan dan dilarang kembali ke pondok, Pak Qomari tetap setia berangkat dari Desa Bambang menuju Turi bersama sahabatnya.
Waktu terus berjalan. Hingga Pak H Qomari berjodoh dengan Ibu Kuntiyah. Pernikahan tersebut tidak menjadikan Pak Qomari berhenti untuk mengaji. Justru bersama istri semakin semangat untuk mengikuti jalan kebenaran yang dibawa oleh Bapak Guru Muchtar. Walau Ibu Kuntiyah kini sudah lebih dulu menghadap Sang Maha Kuasa, tapi Pak Qomari tetap tidak kendur semangatnya. Usia boleh bertambah, Kekuatan fisik boleh berkurang, pendamping hidup pun telah berpulang. Tapi semangat dan taatnya Pak Qomari tidak berubah tetap lantang.
Bahkan walau kini Bapak Guru Muchtar sudah tidak membersamai dalam mengaji, Pak qomari tetap setia datang mengaji. Tiada bedanya. Hal itu lantaran keyaqinan yang ada di hati beliau bahwa Bapak Guru Muchtar adalah Ulama yang membawa ajaran Nabi Muhamad. Apalgi Pak Qomari ini pernah suatu waktu di ajak Bapak Guru untuk silaturrahmi pada seorang kyai di Pasuruan. Di situ Pak Qomari melihat bagaimana pak Kyai tersebut memperlakukan dan menghormati Bapak Guru.
Harapan beliau sebagai generasi yang telah mengikuti jejak sejak awal derap SPMAA ingin tetap mendudkung. Walaupun zaman terus berrubah dan berkembang, tetap ingin menjadi bagian dari SPMAA. Begitupula harapannya kepada semua anak menantu dan cucu, bisa bersama-sama taat dengan kebenaran yang dibawa oleh Bapak Guru Muchtar. Walaupun dahulunya hanya sekedar ikut toh akhirnya membawanya hingga manut, taat. Hingga akkhir hayat. Amin. Bismillah…