CNN. Meningkatnya suhu bumi karena pemanasan global menjadi ancaman bagi makhluk hidup, tak terkecuali manusia. Namun apakah manusia terancam punah massal akibat pemanasan global?
Dikutip Live Science, tingkat kepunahan kehidupan di Bumi saat ini belum memenuhi syarat sebagai peristiwa kepunahan massal. Meskipun tren saat ini menuju kepada hal tersebut.
Sejauh ini telah ada lima kepunahan massal yang terjadi sepanjang 4,5 milyar tahun sejarah Bumi. Lima peristiwa kepunahan massal besar sebelumnya adalah kepunahan Ordovisium-Silur yang terjadi sekitar 440 juta tahun yang lalu.
Kepunahan Devon Akhir terjadi sekitar 365 juta tahun yang lalu disusul kepunahan Permian-Trias (253 juta tahun yang lalu). Kepunahan Trias-Jurassic (201 juta tahun yang lalu), dan kepunahan Kapur-Paleogen terjadi sekitar 66 juta tahun yang lalu.
Mengutip situs National History Museum, kepunahan massal adalah ketika jumlah spesies menghilang jauh lebih cepat daripada yang digantikan. Biasanya, sebuah kepunahan masuk ke dalam kategori kepunahan massal jika 75 persen spesies di bumi hilang dalam waktu singkat, sekitar 2,8 juta tahun menurut waktu geologis.
Katie Collins, Kurator moluska Benthic di Museum mengatakan sulit untuk mengidentifikasi kapan kepunahan massal mungkin telah dimulai dan berakhir. Namun lima peristiwa kepunahan sebelumnya bisa menjadi rujukan kapan kepunahan massal keenam akan terjadi.
Akan tetapi, Katie mengakui tingkat kepunahan spesies saat ini sudah mengkhawatirkan. “Tingkat kepunahan saat ini berada di antara 100 hingga 1000 kali lebih tinggi daripada saat tingkat latar belakang kepunahan (background rate of extinction) pra-manusia, yang mana itu sangat mengejutkan. Kita benar-benar menuju kepunahan massal keenam,” ujarnya.
Ketika sebuah spesies punah, perannya di ekosistem biasanya akan digantikan oleh spesies baru, atau spesies lain yang punah pula. Tingkat kepunahan spesies yang normal di Bumi diperkirakan berada di antara 0,1 hingga 1 spesies per 10 ribu spesies per 100 tahun. Itulah yang disebut dengan background rate of extinction.
Di sisi lain, Kunio Kaiho, profesor emeritus dari Department of Earth Science, Tohoku University, Jepang menyatakan background rate itu berguna bagi para ahli untuk mengerti tingkat kepunahan normal.
Menurutnya, “5-10 persen kepunahan spesies dalam 1 juta tahun berkorespondensi dengan background rate. Tingkat yang lebih tinggi “seperti lebih dari 10 persen kepunahan spesies dalam periode singkat (semisal ratusan tahun) merupakan peristiwa yang signifikan,” kata dia.
Kaiho menambahkan, kepunahan massal menyebabkan lebih dari 60 persen spesies musnah. Namun selain itu, ada kepunahan massal kecil yang terjadi lebih sering.
Menurut Kaiho dalam jurnal Biogeosciences, perubahan iklim menyebabkan tingkat kepunahan meninggi. Akan tetapi tingkat yang ada saat ini belum tergolong kepunahan massal menurut definisi yang sangat ketat.
Untuk memenuhi definisi kepunahan massal, para ilmuwan harus mengobservasi kepunahan 60 persen spesies dan 35 persen genera (bentuk plural dari genus). Akan tetapi lagi-lagi, hal tersebut bukan berarti Bumi tidak sedang menuju kepada kepunahan massal keenam.
Kaiho berpendapat, kepunahan massal keenam berbeda dengan lima kepunahan massal sebelumnya karena ditimbulkan dari perubahan iklim akibat tindakan manusia. Perubahan iklim tersebut, kata Kaiho bersifat gradual ketimbang drastis atau tiba-tiba.
Karena itulah, kepunahan massal mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Akan tetapi, ada kepunahan-kepunahan kecil yang akan terjadi.
Di sisi lain, ada pendapat berbeda dari David Storch, profesor dari Department of Ecology di Charles University, Praha. Menurutnya, perilaku manusia seperti perubahan habitat karena deforestasi dan polusi, beserta perburuan satwa yang berlebihan, punya peran lebih signifikan terhadap tingkat kepunahan massal saat ini daripada pemanasan global.
“Tingkat kepunahan massal saat ini ada di angka sekitar dua magnitudo lebih tinggi daripada tingkat kepunahan normal,” kata David.