CNN. PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I bersama BMKG memasang sistem penerima informasi gempa bumi dan tsunami generasi terbaru atau dikenal warning receiver system (WRS) new generation di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
“AP I mempersiapkan mitigasi jika keadaan darurat terjadi melalui Airport Disaster Management Plan (AMDP). WRS new generation akan memperkuat sistem manajemen dan evakuasi bencana yang sudah ada,” ujar Direktur Utama AP I Faik Fahmi dalam keterangan resmi, Kamis (17/2).
Sistem ini, kata Faik, diintegrasikan ke dalam Airport Operation Command Center (AOCC) yang ada di Bandara Bali.
Integrasi sistem ini memungkinkan masyarakat dan pengguna jasa bandara mengetahui gempa bumi dan potensi tsunami dalam waktu kurang dari 5 menit.
“Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali yang berjarak dekat dari garis pantai memang tidak lepas dari risiko bencana gempa dan tsunami,” imbuh dia.
Selain AMDP, Bandara Bali juga memiliki Airport Emergency Committee (AEC) yang terdiri dari pemangku kepentingan terkait, seperti otoritas bandara, TNI, Airnav Indonesia, Kepolisian, maskapai, imigrasi, dan karantina, serta ground handling yang menjalankan proses mitigasi.
Faik menuturkan Bandara Bali dalam pembangunannya telah didesain tahan gempa dan telah memperhitungkan kondisi bencana.
“Kami mengapresiasi dukungan BMKG untuk memperkuat sistem mitigasi bencana di Bandara Bali yang saat ini mulai kembali melayani penerbangan internasional secara reguler dan bersiap untuk mendukung penyelenggaraan KTT G20 di Bali,” jelasnya.
Sebagai informasi, Bandara Bali memiliki kapasitas 57 parking stand dan dimensi runway 3.000 meter x 45 meter. Bandara Bali juga dapat melayani pesawat besar, seperti Boeing B-747 dan pesawat berat Boeing B-777.
Luas terminal internasional di Bandara Bali mencapai 126 ribu meter persegi, sedangkan terminal domestik seluas 67 ribu meter persegi.
Sebelum pandemi covid-19, Bandara Bali melayani hingga 24,1 juta penumpang per tahun dengan trafik penumpang penerbangan rute internasional mencapai 13,8 juta penumpang.