CNN. Fosil seorang wanita muda asal Indonesia yang telah meninggal 7.000 tahun (70 abad) silam belum lama ini, yang diberi nama Besse, telah menarik perhatian karena disebut bisa mengubah sejarah.
Sejumlah fakta menarik pun terkuak dari fosil yang ditemukan di Gua Leang Panninge, situs arkeologi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan tersebut.
Salah satu fakta menarik dari temuan para arkeolog dari Griffith University dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS) itu adalah Besse memiliki kemiripan karakter morfologis dengan bangsa Australo-Melanesian.
Profesor dari Griffith University, Adam Brumm yang memimpin penelitian tersebut mengatakan, penemuan DNA manusia purba yang masih terpelihara sangat langka.
“Daerah tropis yang lembab sering mempengaruhi DNA pada tulang dan gigi manusia purba,” kata Brumm seperti dikutip The Guardian.
Para peneliti menggambarkan Besse sebagai ‘fosil genetik’ yang menunjukkan gadis itu memiliki sejarah turun-temurun yang unik yang tidak dapat ditemukan pada manusia saat ini.
Genetikanya memiliki kesamaan dengan penduduk asli Australia dan penduduk New Guinea. Besse juga merupakan kerangka manusia pertama dari suku Toalean yang hidup di Sulawesi Selatan antara 1.500 dan 8.000 tahun yang lalu.
Gadis itu diperkirakan berusia 17 hingga 18 tahun ketika dia meninggal dan dimakamkan di gua.
Sebelumnya, Besse disebut bisa mengubah sejarah manusia purba. Hal tersebut diungkapkan dari hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada Agustus silam.
Penemuan tersebut menawarkan wawasan tentang asal usul orang Papua dan penduduk asli Australia yang memiliki DNA Denisovan.
Temuan Asam deoksiribonukleat (DNA) Denisovan pada fosil Besse inilah yang diduga bisa mengubah teori tentang sejarah pola migrasi manusia purba.
“Teori tentang migrasi akan berubah, teori tentang ras juga akan berubah. Jenazah Besse memberikan tanda pertama Denisovans di antara Austronesia, yang merupakan kelompok etnis tertua di Indonesia,” kata dosen Universitas Hasanuddin, Iwan Sumantri, yang juga terlibat dalam penelitian tersebut.
DNA dari Besse adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis.
Menurut para ilmuwan, hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun dia adalah keturunan dari orang-orang Austronesia yang umum di Asia Tenggara dan Oseania, ia juga memiliki jejak genetik Denisovan.
“Analisis genetik menunjukkan, penjelajah pra-Neolitikum ini berbagi penyimpangan genetik dan kesamaan morfologi paling banyak dengan kelompok Papua dan Pribumi Australia saat ini,” ucap para ilmuwan.