CNN. Gempa dengan magnitudo 6,0 pada Sabtu (11/2) pukul 15.55 WIB yang menggetarkan daerah Melonguane di Provinsi Sulawesi Utara disebabkan oleh deformasi batuan di lempeng laut Maluku, demikian menurut pejabat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, seperti dikutip dari Antara.
Daryono mengatakan getaran gempa dirasakan di daerah Melonguane pada skala intensitas IV MMI, pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah, serta menyebabkan gerabah pecah, jendela atau pintu berderik, dan dinding berbunyi.
Selain itu, getaran akibat gempa dirasakan di daerah Tahuna dan Siau pada skala intensitas III-IV MMI serta Manado pada skala intensitas II MMI.
Pada skala II MMI, getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Getaran pada skala III MMI dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seolah ada truk berlalu.
Berdasarkan hasil pemodelan, gempa bumi yang terjadi di daerah Melonguane tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Menurut BMKG, gempa dengan magnitudo 6,0 yang terjadi di Melonguane pada Sabtu pukul 15.55 WIB berpusat di laut pada kedalaman 11 km di koordinat 3,67 Lintang Utara dan 126,75 Bujur Timur, sekira 37 km tenggara Melonguane.
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, gempa bumi itu hingga pukul 16.20 WIB telah diikuti oleh dua kali gempa susulan dengan magnitudo paling besar 4,6.
BMKG mengimbau warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa serta memeriksa bangunan tempat tinggal untuk memastikan tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.