CNN. Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan struktur prasarana kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan dibangun tahan gempa.
Prasarana seperti jembatan, subgrade hingga terowongan yang berada di sepanjang trase KCJB dirancang memiliki ketahanan gempa hingga 8-9 Skala Intensitas Seismik atau setara 8 magnitudo.
“Struktur prasarana KCJB sudah mempertimbangkan kondisi di Indonesia yang sering terjadi gempa. Struktur prasarana KCJB didesain tahan gempa dan bisa memiliki usia pakai hingga 100 tahun,” ujar Dwiyana, dikutip dari detikcom, Kamis (24/11).
Dwiyana menambahkan pembangunan prasarana KCJB telah mengantisipasi gempa terbesar yang pernah terjadi di Jawa dengan kekuatan 8 magnitudo. Maka dari itu, struktur KCJB diperkirakan mampu menghadapi gempa yang menyebabkan kerusakan parah, keretakan pada tanah hingga longsor.
Selain struktur bangunan yang tahan gempa, sarana KCJB yakni kereta api cepat penumpang (EMU) dan kereta api cepat inspeksi (CIT) juga dilengkapi fitur disaster monitoring atau pendeteksi bencana.
“Desain struktur bangunan yang mumpuni dan juga fitur kereta api yang mampu mendeteksi bencana, disematkan untuk keamanan operasional KCJB. Diharapkan bisa memitigasi dampak apabila terjadi bencana,” ujar Dwiyana.
Sebelumnya, Dwiyana mengatakan KCJB ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2023. Tiketnya dibanderol Rp125 ribu-Rp250 ribu untuk tiga tahun pertama KCJB beroperasi. Setelah tiga tahun, Dwiyana mengatakan tiket KCJB akan naik ke Rp150ribu-Rp350 ribu.
Dwiyana menjelaskan KJCB nantinya akan beroperasi mulai pukul 05.30 hingga 22.00 WIB dengan total 68 kereta yang akan beroperasi dalam sehari.
“Kapasitas per kereta itu 601 penumpang,” ujar Dwiyana dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (23/11).
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan progres fisik KCJB telah mencapai 81,66 persen per November 2022.
Sementara dari sisi biaya, KCJC mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,4 miliar. Cost overrun tersebut dipenuhi melalui skema 25 persen ekuitas dan 75 persen pinjaman.
“Porsi ekuitas Indonesia atas cost overrun proyek KCJB yaitu sebesar US$217,5 juta atau Rp3,29 triliun,” kata Kartika.