CNN. Seorang warga meninggal dunia akibat insiden tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (11/11).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebut tanah longsor terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi di daerah tersebut.
“Tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara, menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Insiden yang menewaskan satu warga ini berlokasi di Desa Rumah Kinangkung, Kecamatan Sibolangit,” tuturnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (12/11).
“Tanah longsor juga mengakibatkan satu warga luka-luka dan 31 warga lainnya terdampak. Di samping itu, berdasarkan informasi BPBD setempat, longsor disebabkan kondisi tanah yang labil,” lanjut dia.
Abdul melanjutkan, berdasarkan laporan dari BPBD Kabupaten Deli Serdang, kerugian materiil yang dialami antara lain sepuluh unit rumah tertimbun, dua unit rumah rusak ringan, dan satu fasilitas ibadah dan satu unit fasilitas masyarakat setempat atau jambur ikut terdampak.
BPBD dan lintas unsur perangkat daerah menurutnya telah melakukan kaji cepat dan terus berupaya berkoordinasi dalam upaya penanganan darurat, mulai dari evakuasi korban jiwa serta pembersihan material longsor di kawasan tersebut.
“Dinas Sosial Deli Serdang juga telah menyalurkan bantuan logistik berupa 120 kotak makanan siap saji, 30 kotak makanan anak, 15 buah kasur, 15 buah matras, 5 buah tenda gulung merah serta 15 buah selimut,” kata dia.
Lebih lanjut, Abdul menjelaskan kajian inaRISK menyebutkan bahwa Kabupaten Deli Serdang memiliki potensi bahaya bencana tanah longsor pada tingkat sedang hingga tinggi yang berdampak pada 9 kecamatan.
Selanjutnya, pantauan prakiraan cuaca tiga harian per 12 sampai 14 November yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan Provinsi Sumatera Utara didominasi cuaca berawan, cerah berawan dan hujan ringan.
Abdul lantas mewanti-wanti seluruh warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana terutama hidrometeorologi basah akibat dampak fenomena La Nina di Indonesia.
Pada November hingga Februari sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami fenomena La Nina yang dapat memicu terjadinya peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan dari 20 persen hingga 70 persen.
Masyarakat menurutnya juga dapat memantau potensi bencana di wilayahnya melalui inaRISK dan potensi cuaca melalui laman BMKG.
“Perangkat daerah setempat bersama para ahli dapat membuat peringatan dini sederhana terkait potensi pergerakan tanah apabila terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi serta mempersiapkan tempat evakuasi warga yang tinggal di daerah berpotensi terdampak tanah longsor dengan mengedepankan protokol kesehatan,” ujarnya.