CNN. USS Connecticut, kapal selam bertenaga nuklir AS menabrak objek di bawah air di Laut China Selatan pada Sabtu (1/10) lalu. Informasi disampaikan oleh dua pejabat pertahanan.
Mengutip CNN.com, Kecelakaan yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China karena serangan militer Negeri Tirai Bambu ke Zona Integrasi Pertahanan Udara Taiwan (ADIZ) itu mengakibatkan sejumlah pelaut terluka.
Meskipun demikian menurut pernyataan dari Armada Pasifik AS tak satu pun dari pelaut yang terluka tersebut mengalami masalah serius.
Hingga saat ini, tidak jelas objek apa yang mungkin ditabrak oleh kapal selam kelas Seawolf tersebut.
“Kapal selam tetap dalam kondisi aman dan stabil. Pembangkit tenaga nuklir dan ruang angkasa USS Connecticut tidak terpengaruh dan tetap beroperasi penuh. Kejadian juga akan diselidiki,” kata Angkatan Laut AS tanpa merinci apakah kejadian itu terjadi di Laut China Selatan atau hanya di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik.
Connecticut merupakan kapal AS yang beroperasi di perairan sekitar Laut Cina Selatan. Kapal beroperasi ketika AS dan sekutunya melakukan unjuk kekuatan multinasional besar yang dikenal dengan nama Carrier Strike Group 21.
Unjuk kekuatan diikuti oleh kapal AS, Inggris, Jepang, Australia, Kanada, dan Belanda.
Di tengah unjuk kekuatan tersebut, pada Sabtu lalu 39 pesawat militer China, termasuk jet tempur dan pesawat angkut, memasuki ADIZ Taiwan. Langkah China itu mendorong Taiwan mengerahkan jet dan rudal pertahanan udara untuk memantau pesawat itu.
Tapi, reaksi Taiwan tak membuat China mengendurkan aksinya. Dua hari kemudian, China mengirim 56 pesawat ke ADIZ Taiwan dalam waktu 24 jam.
Pengerahan 56 pesawat itu merupakan yang terbanyak sejak pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mulai merilis aksi pengerahan pesawat tempur yang dilakukan China sejak tahun lalu.
“Kami sangat prihatin dengan aktivitas militer provokatif RRT di dekat Taiwan,” kata Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken.
“Seperti yang kami katakan, aktivitas itu membuat ketidakstabilan. Ini berisiko salah perhitungan dan berpotensi merusak perdamaian dan stabilitas regional. Jadi, kami sangat mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik dan ekonomi yang diarahkan ke Taiwan,” tambahnya.