Oleh : Glory Islamic

Riuh gempita pesta olahraga terbesar di dunia, olimpiade tengah berlangsung. Gelaran dulinan senilai lebih dari 300 trilyun rupiah dihelat dengan megah dan serius. Ratusan cabang permainan di pertandingkan, ratusan medali diperebutkan oleh ribuan pemain. Keteguhan dalam meraih medali kerap melahirkan juara dan rekor-rekor baru. Tangis sedih, tawa bahagia, drama mendebarkan bahkan tak jarang kecurangan semua tersaji mewarnai proses dan hasil di tiap pertandingan. Semuanya untuk satu pengakuan sebagai: the best.

Pernak-pernik tingkah laku manusia – termasuk olimpiade – seringkali mencerminkan hakikat kehidupannya. Dalam skala yang lebih besar, sedang berlangsung pula olimpiade yang sesungguhnya. Sebuah ajang perlombaan multi event, hidup dan mati, yang bernama olimpiade kehidupan. Kita adalah para atlet yang sedang berlaga dalam permainan besar.  juga demi status the best atau ahsan. Alladzii kholaqol mauta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala, wahuwal azizul ghofur, Dialah Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antaramu yang terbaik perbuatannya. 67:2.

Judge. Wasit adalah pihak yang paling berhak memberikan kategori atau status the best. Olimpiade olahraga wasitnya sesama manusia. Selalu ada kemungkinan dan celah untuk tidak adil. Keberpihakan bisa saja terjadi akibat kealpaan bahkan kesengajaan. Namun dalam olimpiade kehidupan, kita sebagai atlet tak perlu khawatir. Karena wasitnya adalah Sang Maha Adil, The Almighty Judge, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kesempurnaan Allah menjamin tidak mungkin ada kesalahan perhitungan score amal.

Amal dan perbuatan kita, baik dan buruk, besar kecil, sengaja tidak sengaja, kepada sesama-kepada Yang Kuasa, semuanya diperhitungkan secara rinci dan super cermat. Pikiran, ucapan dan tiap tindak tanduk manusia tidak ada yang terlewatkan meski sebesar atom. Mustahil terjadi kesalahan apalagi kealpaan. Jangan memamerkan amal, karena itu justru beresiko berkurangnya score sampean. Juga jangan menutupi kesalahan, karena Sang Wasit Maha Teliti dalam Mengawasi.

Rules. Setiap game memiliki aturan yang sudah dipahami dan disepakati oleh semua wasit, pemain bahkan penonton. Penentuan siapa yang berhak mendapat medali, rangking dan penatly semuanya diatur dalam game rules. Semua atlet mematuhinya, karena bagi yang mencoba curang atau melanggar akan didiskualifikasi. Pun demikian permainan dalam olimpiade kehidupan, semuanya harus mengikuti aturan main yang sudah ada dalam Agama Allah. Barangsiapa yang menyalahi, aturannya tegas, didiskualifikasi ke neraka.

Atlet tidak boleh merubah aturan hanya karena tidak cocok dengan style bermainnya atau merasa dirugikan. Hanya lembaga yang berwenang yang bisa melakukan perubahan aturan. Dalam olimpiade kehidupan, manusia tidak berhak merubah aturan agama hanya karena dirasa tidak cocok dengan nafsu. Dari zaman ke zaman, hanya Allah yang berhak merubah aturanNya lewat pergantian rasul dan syariat-Nya. Sayangnya, akhir-akhir ini banyak manusia yang merasa berhak merubah aturan Allah itu dengan alasan untuk menyesuaikan zaman (baca: nafsu manusia).

Persaingan. Kompetisi antar atlet dalam olimpiade olahraga sangat sengit. Metode perlombaaan yang dipakai untuk mendapatkan medali adalah dengan cara saling mengalahkan. Lain halnya dengan metode perolehan medali olimpiade kehidupan. Persaingan apalagi upaya saling mengalahkan justru dilarang. Sesama atlet memang saling berlomba, tapi berlomba untuk saling membantu sesama atlet. Scoring justru dilakukan dengan melihat siapa yang paling banyak membantu sesama atlet.

Persaingannya terwujud dalam bentuk yang berbeda. Perintah fastabiqul khoirot, berlomba-lomba yang dimaksud dalam qs. 2:148, 57:21 adalah bersegera, bersinergi untuk berbuat kebajikan selama waktu yang diberikan, yakni seumur hidup. Satu-satunya pesaing dan penghalang adalah setan di hati masing-masing atlet. Sayangnya, lagi-lagi manusia justru berlomba berbuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram (5:62). Bukannya berlomba menuju perolehan medali, malah menantang diskualifikasi.

Periode. Event olahraga seperti olimpiade digelar tiap empat tahun. Kegagalan merebut medali emas tahun ini bisa diperjuangkan kembali empat tahun kemudian. Belum puas memperoleh medali perunggu periode ini, medali perak mungkin diraih periode berikutnya. Selalu ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan kegagalan pada musim olimpiade berikutnya. Berbeda dengan olimpiade olahraga, olimpiade hidup hanya memberi kesempatan sekali saja pada atlet manusia. Sekali seumur hidup.

One chance, one shot. Tiap atlet harus mengeluarkan sumber daya terbaiknya untuk memperoleh score pahala tertinggi hanya dalam satu kali kesempatan percobaan hidup. Tidak ada reinkarnasi. Berapapun umur yang diberikan Allah, itulah waktu perlombaan yang harus dimanfaatkan. Jangankan kesempatan mengulang, bahkan untuk perpanjangan waktu saja tidak akan diberikan. Sekali gagal mencapai score tertinggi, ratapan di akhirat selamanya. Untuk yang beruntung memperoleh kesempurnaan taqwa, maka ridlo, ampunan dan medali keselamatan tersematkan di surga sana.

Medali. Jumlah medali yang diperebutkan dalam olimpiade olahraga terbatas sebanyak cabang olahraga yang dilombakan. Kesempatan mendapatkannya juga sedikit. Toh, yang berusaha mendapatkannya ribuan orang dari ratusan negara. Sebaliknya medali surga yang disediakan Allah sangat melimpah. Sebanyak apapun manusia yang memperebutkannya, tersedia sebanyak itu pula medalinya. Sayangnya, sedikit dari kita yang tertarik berburu medali surga karena kalah oleh gemerlap olimpiade lain yang diadakan setan di dunia, yakni perlombaan memburu materi dan kesenangan duniawi.

Dulurku, mari berburu medali ridlo dan ampunanNya. Gelorakan semangat untuk menjadikan prosesi pengalungan medali ahsan di surga sebagai ambisi tertinggi kita. Hayat masih di kandung badan, itu artinya waktu perlombaan masih ada. Jangan buang-buang waktu, karena peluit wasit bisa jadi ditiup tahun depan, bulan ini, minggu besok, hari ini atau bahkan setelah kita membaca tulisan ini. Upayakan kebajikan yang terbaik, sedekahkan harta yang paling dicinta, berikan waktu terbanyak untuk pelayanan, jadilah atlet dengan prediket ahsan di depan Sang Wasit, Allah Yang Maha Rahman. Bismillah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *