CNN. Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang memberikan penjelasan soal sistem pemantauan real time untuk benda luar angkasa yang jatuh ke Bumi.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan benda antariksa yang jatuh ke Bumi awalnya hanya benda alami. Namun, sejak manusia mampu meluncurkan roket, benda buatan pun berpotensi jatuh dan menimbulkan kerusakan di Bumi.

Data menunjukkan saat ini ada benda langit buatan berukuran lebih dari 10 cm yang mengitari Bumi yang berjumlah lebih dari 40 ribu buah. Lebih dari 90 persen di antaranya adalah benda buatan yang tidak berfungsi dan dinamakan sampah antariksa.

“Iya benar, kategorinya berbahaya. Jika berbahaya maka perlu penanganan khusus,” kata Andi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (8/6).

Kondisi ini yang akhirnya membuat Pusat Riset Antariksa BRIN membuat sistem untuk memantau sampah antariksa yang jatuh tersebut. Sistem itu disebut bisa memberikan informasi terkait benda antariksa buatan yang melintasi langit Indonesia dengan ketinggian kurang dari 200 kilometer.

“Ketinggian maksimum 200 km dari permukaan bumi adalah ketinggian di mana gaya hambat pada objek lebih kecil dibandingkan dengan gaya gravitasi yang dialami objek. Itu membuat ketinggian objek akan cenderung berkurang,” jelas Andi.

Lebih lanjut Andi mengatakan, ketinggian minimum sampah antariksa yang perlu diwaspadai adalah 90 kilometer.

“Hal itu dikarenakan potensi objek untuk jatuh akan lebih besar dimana gaya hambat pada objek tidak cukup mampu menahan gaya gravitasi yang dialami objek,” sebutnya.

Pemerintah juga disebut sudah melakukan antisipasi jika suatu saat ada benda antariksa yang jatuh ke wilayah Indonesia. Termasuk salah satunya pemantauan jejak lokasi perkiraan jatuhnya benda antariksa buatan, misalnya di pemukiman penduduk.

“BRIN bekerja sama dengan BPBD/BNPB dalam mitigasi dampak benda jatuh antariksa buatan dan memberi imbauan kepada masyarakat agar segera menjauhi tempat tersebut untuk sementara waktu, sembari mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Terkait ganti rugi juga tetap diberikan sesuai dengan tingkat keparahan dari kerusakan yang terjadi akibat dampak benda jatuh antariksa buatan tersebut,” tutup Andi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *