CNN. Sekelompok ahli disebut tengah mempertanyakan dan mengukur kembali ketinggian Gunung Everest, gunung yang dikenal dengan gunung tertinggi di dunia.

Gunung Everest sebagai gunung tertinggi di dunia telah tertancap dalam benak setiap orang sebagai salah satu pengetahuan umum yang awal dipelajari. Sama halnya dengan Neil Armstrong sebagai orang pertama yang berjalan di Bulan atau paus biru adalah hewan paling besar di planet ini.

Namun pertanyaan mengenai ketinggian Gunung Everest mulai terbersit di pikiran para ahli ketika melihat bagaimana ketinggian tersebut diukur.

Dengan sejumlah parameter yang berbeda, mungkin saja Everest tidak lagi menjadi gunung tertinggi di dunia.

Parameter tersebut dapat meliputi pengukuran ketinggian dari dasar gunung, ketinggian gunung dari pusat Bumi, dan ketinggian dari dataran.

Hingga saat ini, pengukuran yang digunakan adalah menghitung puncak gunung dari permukaan laut.

Gunung Everest telah diukur berkali-kali selama beberapa dekade terakhir, dan penilaian terbaru yang diumumkan pada November 2021 menempatkannya pada 29.031,69 kaki, atau setara 8.848,86 meter di atas permukaan laut.

Gunung Everest sendiri terletak jauh di wilayah Mahālangūr Himāl di Himalaya, dan tidak diragukan lagi sebagai gunung yang paling terkendali semua gunung di planet kita. Gunung tersebut juga dikenal sebagai Chomolungma, yang berarti “Ibu Dewi Dunia” dalam bahasa Tibet.

Dilansir dari The Guardian, Everest pertama kali didaki pada 29 Mei 1953 oleh Tenzing Norgay, seorang Sherpa Nepal dan Edmund Hillary dari Selandia Baru.

Hingga saat ini, Everest telah berhasil didaki oleh sekitar 4 ribu orang. Gunung ini juga telah merenggut nyawa lebih dari 300 orang sejak pencatatan mulai disimpan pada 1922.

Ketinggian Everest memang cukup mengesankan, namun juga menimbulkan pertanyaan mengapa selama ini menggunakan “di atas permukaan laut” sebagai perhitungan.

“Agar memiliki komparabilitas dalam pengukuran, perlu memiliki dasar yang konsisten,” kata Martin Price, seorang profesor dan direktur pendiri Pusat Studi Gunung di Universitas Dataran Tinggi dan Kepulauan di Skotlandia kepada Live Science.

“Secara historis, dan bahkan sekarang, ketinggian biasanya diberikan sebagai ketinggian di atas permukaan laut rata-rata,” kata Price.

“Namun, ini harus mengacu pada permukaan laut rata-rata standar, yang harus ditentukan. Permukaan laut berbeda di berbagai belahan dunia, dan mereka berubah karena perubahan iklim,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *