Umurnya sudah jauh dari kata muda.  Bahkan tidak berlebih jika masuk dalam kategori lanjut usia. Namun tidak sedikitpun mengurangi semangatnya untuk berdakwah. Beliau adalah Ibunda Hajjah Masyrifah Pembina Yayasan SPMAA yang sudah mulai berjuang rawe-rawe rantas sejak tahun 1961.

Seakan selalu haus akan amal kebaikan, seakan selalu merasa kurang dalam beribadah dan bersedekah. Sehingga tiada waktu yang terbuang sia-sia.  Aktif dan Produktif.

Termasuk dalam bulan suci Romadlon ini.  Usia lanjut bukan alasan untuk mengadakan safari menjalin tali silaturrahmi ke cabang-cabang di pelosok negeri. Peraturan protokol kesehatan covid-19 yang ribet dalam perjalanan bukan hambatan untuk menebar berkah dan manfaat. Puasa juga bukan jadi penghalang untuk lanjut berjuang., bergerak dan memotivasi para santri.The show must go on.  Perjuangan tetap harus berjalan.  Dan ibu Hajjah Masyrifahpun memulai safarinya sejak sebelum memasuki bulan Romadlon.

Berikut  liputannya.

Safari Romadhon yang pertama adalah kunjungan ke Yayasan SPMAA Bali. Kamis 8 April 2021 Ibu hj Masyrifah didampingi Gus Hafidz dan mbak Putri hadir di SPMAA Bali. Dan disusul satu hari setelahnya oleh Gus Khosy[‘in.

Selama di Bali Ibu Guru Hj Masyrifah  ikut menyambut kedatangan tamu ibu kepala OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dari Jakarta beserta rombongan.  Pada hari yang sama beliau juga menyambut tamu Bapak Mahkamah Agung Republik Indonesia yang hadir atas nama pribadi dengan mewakilkan kepada Bapak Agusrin mantan Gubnernur Bengkulu yang sekaligus sebagai adik kandung beliau.

Selama berada di Bali, Ibu Hajjah Masyrifah menyempatkan untuk mengumpulkan para TPU yang bertugas di Bali untuk belajar membaca pegon.  Tak ketinggalan para Jama’ah juga berkesempatan belajar pegoan dari beliau.

Setelah dari Bali, Ibunda Hajjah Masyrifah melanjutkan safarinya menuju SPMAA Batam.

Penerbangan dari Bali menuju Batam tentu melelahkan.  Namun Ibu Hajjah Masyrifah tidak mengenal kata itu.  Begitu tiba di SPMAA Batam malam harinya mengumpulkan  ustadz dan ustadah  untuk mentransfer ilmu dengan  mengajarkan pegon yang beliau bawa dari Jawa.

Setiap pagi beliau keiling komplek dengan mengajak para santri untuk membersihkan tempat yang masih belum bersih.  Sehingga nampak indah dan nyaman serta enak dipandang.

Kegitan memberi tausiyah sekan tidak kenal Lelah beliau  teladankan.  Termasuk diantaranya meneladani keaktifan dalam mejalankan 8 rukun santri juga qiyamul lail pada jam 02.00 dini hari.

Teladan yang tiada henti.  Hingga waktu menggeser beliau untuk melanjutkan safarinya ke SPMAA Gunung kidul.

Penerbangan dari Batam transit Jakarta kemudian lanjut Jogjakarta adalah rute selanjutnya yang di tempuh ibu Hj Masyrifah.  Dari Jogjakarta dilanjutkan menuju SPMAA Gunung Kidul.  Di manpun berada ibu Hj Masyrifah masih menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an.  

Dalam kesempatan kunjungan ke SPMAA Gunung Kidul, Ibu Hj Masyrifah yang  juga di dampingi  Oleh Ibu Hj Nuriyati  menghadiri pembukaan TK/PAUD Lare Istemewa Muchtary yang baru di rintis oleh Gus Khosyi’in. 

Selebihnya waktu demi waktu beliau tuntaskan untuk berdzikir dan memberi tausiyah kepada para jamaah dan santri.

Selanjutnya ibu Hj Masyrifah melanjutkan safarinya menuju SPMAA Wonogiri pada Senin tanggal 20 April 2021.  Tidak perlu menunggu lama beliau langsung mengunjungi PAUD Lare Muchtary 2 di Desa Pagutan, Manyaran Wonogiri.  Disana beliau langsung berinteraksi dengan para walimurid baru dan membagikan kurma.

Silaturrahmi ke rumah  jamaah juga tidak beliau lewatkan. Sekaligus mengunjungi lahan baru yang rencananya akan dibangun masjid untuk posgiat SPMAA di Pagutan.

Pada hari terakhir lawatan di SPMAA Wonogiri, Ibu hajjah Masyrifah terlibat langsung dalam baksos pembagian sembako untuk masyarakt sekitar.  Dan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju SPMAA Mojokerto.

SPMAA Mojokerto adalah dstinasi terakhir pada safari Romadhon Ibu Hj Masyrifah kali ini.  Setelah melakukan perjalanan selama 7 jam dari SPMAA Wonogiri, Akhirnya Ibu Hajjah Masyrifah tiba di SPMAA Mojokerto pada Jumat malam.

Sejenak setelah melepas lelah, beliau melaksanakan sholat berjamaah dan langsung disambung dengan tausiyah kepada para jamaah dan santri yang sudah menanti kehadiran beliau.  Bukan Ibu Hajjah Masyrifah jika kehadirannya tidak memberikan banyak pelajaran.

Lanjut setelah  pengajian tafsir pagi beliau mengarahkan kami untuk membersihkan komplek dan halaman. ‘ Zero Weist” ( halaman harus terlihat bersih dan bebas dari sampah).  Dilanjutkan dengan “iqro’” pada tempat-tempat yang perlu dibenahi.  Hari-hari selalu dipenuhi dengan ‘Iqro’” ( istilah yang biasa di pake ibu Hajjah Masyrifah untuk bisa melihat dan membaca kondisi sekitar kita).  Belajar, bekerja dan berdoa  seakan menjadi ritme kehidupan Ibu Hjjah Masyrifah dimanapun berada.

Tak terasa perputaran waktu mengantarkan Ibu Hjjah Masyrifah dan rombongan untuk kembali pulang ke SPMAA Pusat di Turi Lamongan.

Bagi kami beliau adalah Ibu Khodijah dan Ibu Aisyah di zaman millennial.  Di saat orang berlomaba-lomba untuk menyimpan harta dunia, beliau menunjukkan aksi yang berbeda.  Mendapat rizky selalu untuk kebersamaan tidak pernah eman karena semua berdasarkan pada orientasi akhirat.

Semoga kita semua tidak sekedar mengagumi saja tapi sanggup meneladaninya.

Amiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *